PERANCANGAN KAPAL PEMBERSIH GULMA AIR DENGAN SISTEM CONVEYOR DI KAWASAN OBYEK WISATA WADUK CENGKLIK DI KABUPATEN BOYOLALI
PERANCANGAN KAPAL PEMBERSIH GULMA AIR DENGAN SISTEM CONVEYOR
DI KAWASAN OBYEK WISATA WADUK CENGKLIK DI KABUPATEN BOYOLALI
ABSTRAK
Waduk Cengklik merupakan salah satu obyek wisata di
Kabupaten Boyolali yang peranannya berkurang karena tumbuhnya tanaman enceng
gondok. Tanaman enceng gondok menimbulkan sedimentasi, penurunan kualitas air
dan terdapat kandungan logam berat pada sedimen di dasar waduk. Untuk mengurangi
permasalahan yang ada, tercetus sebuah pemikiran dari studi ini yaitu mengoptimalkan
potensi kawasan obyek wisata Waduk Cengklik. Proses pengoptimalan ini diawali
dengan pembersihan enceng gondok secara berkala menggunakan kapal pembersih
gulma air dengan sistem conveyor
berputar yang langsung ditampung di palka kapal. Hal ini merupakan salah satu
terobosan alat untuk mengurangi populasi enceng gondok (tanaman pengganggu) di
Indonesia.
Karya
Tulis ini membahas perancangan kapal pembersih yang optimal
untuk daerah wisata Waduk Cengklik di Kabupaten Boyolali. Perancangan ini akan mengetahui bagaimana desain hidrostatik,
hambatan kapal, stabilitas, dan olah gerak kapal. Perancangan awal kapal
pembersih ini dimulai dari penentuan parameter perancangan dan batasan-batasan
yang sesuai dengan daerah operasi kapal. Perancangan kapal menggunakan metode
perbandingan dengan pembuatan desain menggunakan software Delftship, selanjutnya proses optimalisasi dilakukan untuk
menentukan ukuran utama kapal yang optimal.
Dari hasil proses perhitungan, ukuran utama kapal yang
optimal didapatkan sebagai berikut : LOA = 13,30 m , LWL = 12,813 m, B = 4,00 m
, H = 1,64 m , T = 0,90 m , engine power =
115 Hp, Vs = 8 knot.
Kata kunci : Perancangan, kapal pembersih gulma air, delftship
DESIGN OF WATER HYACINTH BY USING CLEANING SHIP WATER WEED WITH CONVEYOR
SYSTEM IN CENGKLIK RESERVOIR TOURISM IN BOYOLALI
ABSTRACT
Cengklik Reservoir is one of the tourism in Boyolali,
a reduced role for the growth of water hyacinth. The large number of water
hyacinth cause sedimentation, decreased water quality, and heavy metal content
contained in the sediment at the bottom of the reservoir. To mitigate the
existing problems, sparked an idea of this study is to optimize the potential
of the tourism area Cengklik Reservoir. This optimization process begins with
cleaning regularly water hyacinth by using cleaning ship water weed with
rotating conveyor system that instantly fit in the hatch ship. This is one of
the breakthrough tool to reduce populations of water hyacinth (weeds) in
Indonesia.
This thesis discuss about ship design for optimal
cleaning tourism area Cengklik Reservoir. This design will determine how the
design of hydrostatic, resistance vessels, stability, and if the ship motion. The initial design of the cleaning
vessel starts from the determination of the design parameters and constraints
in accordance with vessel operations. The design of the boat using the method
of comparison with the design using software Delftship, further process
optimization to determine the optimal size of the main vessel.
From the results of the calculation process, the main
measure of optimal vessel obtained as follows: LOA = 13.30 m, LWL = 12.813 m, B
= 4.00 m, H = 1.64 m, T = 0.90 m, engine power = 115 Hp, Vs = 8 knots.
Keywords: design,
cleaning ship water weed, delftship
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kapal pembersih gulma air merupakan jenis kapal yang umumnya
beroperasi di perairan sungai, alur, waduk, maupun perairan yang sempit. Karena
fungsi utama sebagai pembersih tanaman pengganggu, kapal pembersih gulma air
ini memiliki bentuk lambung yang didesain khusus. Keberadaan kapal ini sangat
dibutuhkan karena selain untuk membersihkan tanaman pengganggu yang secara
otomatis memudahkan pekerjaan manusia dapat juga sebagai penunjang daerah
pariwisata setempat.
Permasalahan saat ini adalah perancangan bentuk lambung kapal
pembersih gulma air belum menjadi objek penelitian untuk menghasilkan peforma
bentuk lambung yang baik, ini dikarenakan kapal pembanding yang sudah ada belum
ekonomis serta memiliki olah gerak dan stabilitas kapal yang kurang baik.
Selain itu juga yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah mengoptimalkan
pembersihan atau mengurangi tanaman pengganggu (enceng gondok) yang berada di
waduk cengklik yang merupakan salah satu obyek wisata didaerah boyolali dan
surakarta. Apabila enceng gondok ini tidak ditangani secara serius akan terjadi
sedimentasi, penurunan kualitas air dan terdapat kandungan logam berat pada
sedimen di dasar waduk serta berkurangnya pengunjung dan pastinya pendapatan
daerah warga setempat akan berkurang, maka dari itu untuk mengurangi
permasalahan yang ada, tercetus sebuah pemikiran dari studi ini ialah
mengoptimalkan potensi kawasan objek wisata waduk cengklik yang diawali dengan
pembersihan gulma air (enceng gondok) secara berkala menggunakan kapal
pembersih yang nantinya akan membersihkan gulma air (enceng gondok) dengan
sistem conveyor berputar yang
langsung ditampung di palka kapal, hal ini merupakan salah satu terobosan alat
untuk mengurangi populitas tanaman pengganggu (enceng gondok) di Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan penelitian yang harus diselesaikan adalah :
1.
Bagaimana merancang kapal
pembersih gulma air yang optimal dikawasan obyek wisata Waduk Cengklik di
Kabupaten Boyolali dan sekitarnya.
2.
Bagaimana peforma hullform pada kapal pembersih gulma air
dari bentuk lambung yang dirancang.
1.3. Pembatasan Masalah
Batasan
masalah pada penelitian ini adalah :
1.
Daerah sasaran hanya terbatas
di Waduk Cengklik di Kabupaten Boyolali.
2.
Perancangan difokuskan hanya
desain kapal dan menggunakan metode perbandingan dari kapal – kapal yang sudah
ada.
3.
Analisa peforma hullform yang dimaksud dalam perancangan
kapal pembersih gulma air ini adalah :
·
Hidrostatik karakteristik,
Stabilitas kapal, Hambatan kapal, Olah gerak kapal, yang meliputi heaving, pitching, dan rolling
4.
Hasil perancangan conveyor hanya berupa sketsa awal, tidak
membahas detail conveyor serta
perhitungan conveyor merupakan
estimasi dari kapal – kapal sebelumnya (kapal pembanding).
5.
Tidak melakukan pengujian
towing tank.
6.
Tidak dibahas mengenai propeller, sistem propulsi dan manuver
kapal.
7.
Tidak
membahas mengenai perancangan tempat sandar kapal atau dermaga kapal.
8.
Analisa
dan pengolahan data menggunakan software komputer (Delftship dan Software
perkapalan lain).
9. Hasil akhir dari Karya ini adalah berupa
desain kapal dalam bentuk video tiga dimensi dari software.
1.4. Tujuan Program
Adapun
tujuan yang diinginkan adalah :
1.
Mendapatkan ukuran utama kapal
dan bentuk lambung kapal pembersih gulma air yang sesuai dengan karakteristik
Waduk Cengklik di Kabupaten Boyolali.
2.
Menghitung hambatan,
stabilitas, olah gerak, kecepatan kapal.
3.
Merencanakan rancangan sistem
conveyor untuk kapal pembersih gulma air.
1.5. Manfaat Program
1.5.2.
Manfaat Teoritis
1.
Dapat mengetahui bentuk lambung
yang optimal sehingga kemungkinan dapat digunakan sebagai acuan di galangan.
2.
Mendapatkan karakteristik
Hidrostatik, stabilitas, hambatan, olah gerak, kecepatan kapal dan sistem
conveyor yang optimal dari kapal yang dirancang.
1.5.3.
Manfaat Praktis
1.
Bagi penulis : memberi informasi perancangan kapal
pembersih gulma air dan analisis bentuk lambungnya.
2.
Bagi industri : memberi
informasi tentang perancangan kapal pembersih gulma air yang sesuai kondisi
daerah operasional.
3.
Bagi akademik : dapat dijadikan
rujukan dalam dunia pendidikan serta memperkaya wawasan dibidang ilmu
perkapalan.
1.6. Luaran Yang
Diharapkan
Hasil penulisan ini adalah berupa
perancangan kapal pembersih gulma air yang sesuai dengan karakteristik Waduk
Cengklik di Kabupaten Boyolali. Selain itu luaran yang diharapkan yakni:
1.
Mendapatkan desain kapal yang
susuai dengan kondisi waduk tersebut,dan nantinya bisa digunakan sebagai
pedoman untuk pembangunan kapal jika ada pihak yang tertarik.
2.
Dengan adanya kapal pembersih
gulma air dapat mengoptimalkan pembersihan atau mengurangi tanaman pengganggu
gulma air (enceng gondok).
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan dalam penelitian adalah seperti dibawah ini :
Ø
Halaman judul
Ø
Halaman pengesahan
Ø
Abstrak
Ø
Kata pengantar
Ø
Daftar isi
Ø
Daftar tabel
Ø
Daftar gambar
Ø
Daftar lampiran
Bab I PENDAHULUAN
Bab
ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian yang akan dilakukan,
perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Karya Tulis ini,
dan manfaat yang diperoleh, serta sistematika penulisan laporan.
Bab II TINJAUAN
PUSTAKA
Berisi
tentang dasar – dasar teori yang relevan dan mendasari tentang judul Karya
Tulis dan segala metode yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan.
Bab III METODOLOGI
PENELITIAN
Pada
bab ini akan dijelaskan langkah-langkah pengerjaan dalam penyelesaian Karya
Tulis ini beserta metode-metode yang digunakan.
Bab IV DESAIN,
PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN
Pada
bab ini akan dilakukan perhitungan analisa masalah stabilitas, olah gerak
kapal, dan hambatan yang dihasilkan.
Bab V PENUTUP
Menjelaskan
tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil perancangan kapal dikawasan Waduk
Cengklik Kabupaten Boyolali serta saran dan tindak lanjut yang dapat dilakukan
dari hasil penelitian ini.
Daftar pustaka
Lampiran
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Enceng Gondok
Enceng gondok (latin: Eichornia crossipes) adalah salah satu
jenis tumbuhan yang hidup mengapung di air dan kadang – kadang berakar dalam
tanah. Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 meter, tidak mempunyai batang, daunya
tunggal dan berbentuk oval. Enceng gondok tumbuh di kolam – kolam dangkal,
tanah basah, rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air
(waduk) dan sungai. Pertumbuhan enceng gondok yang cepat terutama di sebabkan
oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen,
fosfat, dan potasium (laporan FAO).
Pada dasarnya tanaman enceng gondok
memiliki manfaat yang cukup beragam. Salah satunya adalah kemampuan menyerap
partikel logam berbahaya yang terlarut dalam air.
Hanya saja, jika kehadiran tanaman
enceng gondok sudah melebihi ambang batas yang dapat ditolelir oleh lingkungan
perairan, maka justru akan mencemari lingkungan tersebut. Selain itu akan
berdampak pula pada menurunnya kadar oksigen di dalam air. Sehingga secara
otomatis kondisi tersebut dapat membunuh populasi ikan di dalamnya. Sedangkan
enceng gondok yang mati dan akan
mengendap serta membusuk di dasar waduk.
Kaitannya dengan manusia, enceng
gondok juga mempunyai kemampuan sebaggai biofilter, dengan adanya mikrobia
rhizosfera pada akar dan di dukung oleh daya absorbsi serta akumulasi yang
besar terhadap bahan pencemar tertentu (Cu) maka dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif pengendali pencemaran di perairan (Marianto, 2001).
2.2. Kapal Pembersih Gulma
Air
Kapal pembersih gulma air
merupakan kapal yang mempunyai fungsi untuk membersihkan tanaman pengganggu
seperti enceng gondok, dengan sistem conveyor yang berada di haluan kapal
menjadikan kapal ini berbeda dengan kapal pada umumnya dikarenakan tingkat
stabilitas harus selalu di perhatikan. Kapal ini selain daerah operasinya di
waduk, dapat juga ditempatkan di perairan sungai maupun alur.
2.3.
Bentuk Lambung
Lambung kapal adalah badan dari perahu atau kapal. Lambung kapal
menyediakan daya apung yang mencegah kapal dari tenggelam. Rancang bangun
lambung kapal merupakan hal yang penting dalam membuat kapal karena akan
mempengaruhi stabilitas kapal, kecepatan rencana kapal, konsumsi bahan bakar, draft
/ kedalaman yang diperlukan dalam kaitannya dengan kolam pelabuhan yang
akan disinggahi serta kedalaman alur pelayaran yang dilalui oleh kapal
tersebut. Bentuk lambung kapal menentukan karakteristik stabilitas, Hambatan
sehingga didapatkan power yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan yang
diinginkan, kelayak lautan, kelincahan manuver, dan kapasitas muatan maksimum.
Hal ini sangat penting sehingga bentuk badan kapal sangat ditentukan dengan
presisi dan jelas.
2.3.1. Karakteristik Lambung
Pembahasan mengenai badan kapal.
Dalam hubungannya dengan sistem propulsi kapal, maka yang menjadi titik berat
pembahasan yaitu kenyataan bahwa badan kapal yang bergerak di air maupun di
udara akan mendapat gaya, hambatan yang berupa gaya – gaya hidrodinamis dan
aerodinamis. Hambatan (resistance) kapal pada suatu kecepatan merupakan
gaya fluida yang bekerja pada kapal sedemikian hingga melawan gerakan kapal
tersebut.
Karakteristik bentuk lambung kapal meliputi :
1.
Rasio Panjang kapal – Lebar
kapal
2.
Rasio Tinggi kapal – Lebar
kapal
3.
Rasio Tinggi kapal – Tinggi
sarat kapal
4.
Rasio Panjang kapal – Tinggi
kapal
5.
Rasio Lebar kapal – Tinggi
sarat kapal
2.3.2. Bentuk dan Jenis Lambung
Lambung kapal sangat bervariatif,
hasil penelitian banyak yang telah diaplikasikan di berbagai penjuru untuk
mendapatka peforma kapal yang maksimal. Lambung kapal dapat berbentuk :
1.
bentuk V atau dikenal V shaped hull, merupakan bentuk lambung untuk kapal – kapal dengan
kecepatan tinggi atau digunakan melalui laut yang ganas, seperti kapal perang.
2.
Bentuk bundar atau dikenal
sebagai Round shaped hull.
3.
Bentuk datar atau dikenal
sebagai Flat bottom hull, merupakan
bentuk lambung untuk kapal dengan kecepatan rendah dan volume angkut yang
tinggi seperti pada kapal tanker.
2.4. Pengertian dan Macam Conveyor
Conveyor berasal dari kata “convoy”
yang artinya berjalan bersama dalam suatu grup besar. Conveyor merupakan sebuah
material handling equipment (MHE). MHE adalah sebuah konstruksi mesin untuk
membantu atau menunjang produksi atau usaha, dalam kata lain peralatan mesin
yang berguna untuk mengangkat atau memindahkan atau mengangkat dan memindahkan
material. Proses pengangkatan dan pemindahan dapat terjadi dilapangan terbuka,
pabrik, gudang, pasar, kantor dan lain – lain. Komponen dari conveyor sendiri adalah
Motor listrik, Gearbox, pulley belt, rangka dan sabuk karet (belt conveyor).
Banyak sekali macam jenis dan karakteristik conveyor untuk keperluan
proses produksi, sebelum mendesain suatu conveyor harus dipahami terlebih
dahulu bagaimana alur proses produksi yang nantinya akan dilewati conveyor,
serta bentuk barang yang akan melewati conveyor. Macam – macam conveyor yang
banyak digunakan didalam industi yaitu antara lain :
·
Roller conveyor
·
Skate wheel conveyor
·
Belt conveyor
·
Chain conveyor
·
Overhead troley conveyor
·
Bucket conveyor
Yang akan digunakan dalam penelitian ini, menggunakan bucket
conveyor yang di desain khusus untuk mengangkut enceng gondok. Berdasarkan
metode penyelesaian dan kenyataan di lapangan , maka dapat diambil keputusan
bahwa solusi untuk membersihkan enceng gondok dikawasan obyek wisata waduk
cengklik adalah menggunakan modifikasi peralatan MHE. Hal pertama yang
dilakukan sebelum mendesain suatu conveyor adalah mengetahui jenis atau macam benda
yang akan melewati jalur conveyor yang dibuat karena yang melewati nantinya
adalah enceng gondok untuk pemilihan frame sangat bervariasi. Mulai frame
berbahan besi atau baja hingga yang paling ringan yaitu alumunium.
Namun kebanyakan conveyor memakai frame besi, alasanya adalah besi
cukup kuat untuk menopang beban yang cukup besar, dan harga yang dipatok juga
tidak terlalu mahal. Bisa saja menggunakan frame berbahan baja tetapi hanya
untuk kondisi tertentu dan pengecualian saja seperti kondisi yang mengharuskan
conveyor bisa diberi beban yang sangat besar. Alternatif lain adalah
menggunakan frame berbahan alumunium. Bahan ini memiliki beberapa keunggulan
yaitu rigid dan murah, namun untuk biasanya frame berbahan alumunium tidak
dijual bebas. Kebanyakan frame alumunium bisa didapatkan melelui orderan, hal
ini jelas tidak efesien mengingat harga yang cukup mahal serta penambahan waktu
yang diperlukan dalam membuat frame alumunium. Mahalnya harga alumunium
disebakan karena bahan alumunium lebih susah dibentuk dari pada besi atau baja.
Kapal dilengkapi peralatan yang bekerja dengan cara berputar secara
berulang dengan sebuah bucket yang didesain khusus seperti garu untuk
membersihkan enceng gondok. Untuk berjalannya peralatan ini memerlukan
mekanisme khusus yaitu berupa sistem motor hidrolik yang efesien dan praktis.
Prinsip kerja garu digerakan oleh belt yang berfungsi sebagai belt
conveyor. Enceng gondok yang terambil oleh bucket kemudian ditumpahkan ke atas
belt conveyor yang membawanya ke tempat pembuangan / bak pembuangan. Belt
conveyor digerakan melalui sebuah drum conveyor yang dihubungkan dengan pulley
ini digerakan oleh sistem motor hidrolik melalui belt transmisi dengan susunan
yang ada menggerakan conveyor, mesin penggerak ini juga untuk menggerakan roda
jalan. Mengingat peralatan ini adalah peralatan yang membutuhkan putaran mesin
yang cukup rendah, maka mesin penggerak yang mempunyai putaran tinggi ini
sebelumnya perlu dihubungkan ke suatu reducer (alat yang berguna sebagai
penurun / mengurangi kecepatan putaran). Antara mesin penggerak dan reducer
perlu diberi kopling maksudnya adalah untuk menghidari kerusakan mesin
penggerak, apabila mekanisme conveyor mengalami macet saat pengoperasian. Roda
gigi penggerak menggerakan roda gigi yang terhubung pada poros roda jalan yang
juga disangga atau didukung oleh bearing.
Pengoperasian conveyor dilakukan dari sistem kendali diruang kemudi.
Panel conveyor disusun didalam posisi yang nyaman untuk operator dalam bekerja
dan diberi keterangan yang jelas untuk tiap tuas kendali hidrolik.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1.
Umum
Untuk mendukung
keberhasilan penelitian ini maka harus ada kejelasan metode yang menjadi
kerangka acuan dalam pelaksanaan penelitian. Kerangka ini berisi tahapan –
tahapan yang dilakukan untuk menyelasaikan penyelesaian dari penelitian ini.
Dimulai dari identifikasi masalah sampai dokumentasi laporan Karya Tulis, serta
langkah – langkah dalam pengolahan data.
3.2. Prosedur Pengerjaan
3.2.1.
Pengumpulan Data
Merupakan langkah awal
dalam penyusunan Karya Tulis. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan
sumber leteratur dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun Karya Tulis.
Pengumpulan data meliputi :
a.
Kondisi Geografis lokasi yang
akan di jadikan penelitian.
b.
Kondisi hydro oceanography
c.
Ukuran utama dari kapal
pembanding
Data tersebut digunakan sebagai konsep
dasar perancangan, perhitungan pembanding, dan analisa data pada awal proses
pengerjaan.
3.2.2.
Studi Literature
Studi literatur dilaksanakan untuk mendukung teori yang digunakan
dalam membahas analisa pada Karya Tulis. Studi literatur dilakukan dengan
menggunakan textbook, website, jurnal ilmiah, dan lainnya. Langkah ini
dilakukan untuk mengetahui teori-teori dan mendapatkan konsep dasar yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah.
·
Konsep dasar kapal pembersih
gulma air
·
Konsep dasar dimensional kapal
·
Konsep dasar sistem propulsi
·
Konsep dasar sistem conveyor
dan aplikasinya
·
Teori perancangan kapal
Pemahaman permasalahan dengan mengkaji beberapa sumber literatur
baik dari text book, jurnal ilmiah, penelitian, maupun literatur lain
yang memungkinkan dijadikan sebagai dasar teori dari hasil identifikasi
permasalahan. Beberapa data yang bersumber dari perusahaan maupun dari website
internet juga dapat dijadikan sebagai acuan sehingga dapat memperkuat teori
untuk dasar permasalahan.
3.2.3.
Studi Lapangan
Studi lapangan untuk pengumpulan data dilakukan dengan
bertanya secara langsung dan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait
dalam penelitian ini seperti :
1.
Dinas
PSDA dan ESDM,BBWS :
· Karakteristik Waduk Cengklik Kabupaten
boyolali seperti panjang, lebar dan kedalaman
2.
Dinas Pekerjaan Umum dan Badan
Tata Kabupaten dan Perencanaan Wilayah Kabupaten Boyolali, untuk mengetahui:
·
Master plan Waduk Cengklik
3.
Warga sekitar daerah sasaran
·
Memberikan quisioner masalah
lokasi yang memanfaatkan Waduk Cengklik di Kabupaten Boyolali.
3.2.4.
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan
tahap akhir dalam penyusunan Karya Tulis. Pengolahan data Karya Tulis
dilaksanakan setelah pengumpulan data, studi lapangan, dan studi leteratur
dilaksanakan. Pengolahan data juga dilakukan dengan bantuan software. Pengolahan data ini bertujuan
untuk mempermudah dan mempercepat analisa model lambung kapal. Dilakukan dengan
membuat model kapal menggunakan software
CAD (Computer Aided Design), Delftship
dan menganalisa bentuk lambung dengan software
perkapalan lain. Setelah hasil analisa lambung kapal didapat, maka dapat dibuat
rencana umum kapal
3.2.5.
Hasil perancangan
Hasil perancangan kapal tersebut adalah sesuai syarat, lebih
ekonomis, dan paling menguntungkan diantara kapal – kapal yang sudah ada.
Selain itu sesuai dengan tujuan bahwa dengan desain baru tersebut diperoleh
data peforma lambung berdasarkan desain kapal dan kemampuan conveyor, dan dalam
hal ini memiliki kelebihan dibanding dengan kapal – kapal yang ada sebelumnya.
3.3. Diagram Alir
Berikut ini adalah tahapan perancangan yang akan
dilakukan dengan diagram alir.
BAB
IV
DESAIN,
PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek
Wisata Waduk Cengklik
Waduk cengklik
terletak di Desa Ngargorejo dan Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali jika dari bandara Adi Sumarmo +/- 1,5 KM. Penduduk sekitar Waduk mata
pencaharianya adalah bertani maka dari itu pendapatan asli daerah tersebut
adalah dari sektor pertanian, sedangkan dari sektor pariwisata belum dapat
diunggulkan dengan demikian bahwa dari sektor pariwisata masih belum dikembangkan secara optimal.
4.2. Sekilas Tentang Waduk
Cengklik
4.2.1. Awal Berdiri
Waduk Cengkilk dibuat oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1928, dengan fungsi untuk mendukung kebutuhan air pada
kegiatan pabrik gula Colomandu. Disamping itu air digunakan untuk pengairan
tebu, pada saat itu kedalamannya berkisar 9 m serta airnya jenih dan tidak
banyak ditumbuhi tanaman pengganggu.
Namun
kondisi saat ini sudah sangat memperhatikan dimana pendangkalan waduk Cengklik
di wilayah Kecamatan Ngemplak Boyolali yang disebabkan terjadinya pengendapan
lumpur yang telah mencapai 2,5 juta m3, sehingga perlu upaya
perlindungan pada kawasan tepi waduk.
4.2.2. Kondisi Waduk Cengklik
Pada tahun 2007, telah dikeruk dan
digali hingga 18 ribu m3, sedangkan pada tahun 2008 pengerukan 100
ribu m3. Kedalaman total Waduk Cengklik 9,10 m2 dengan
luas waduk hampir 306 hektar. Meskipun penanganan pendangkalan sudah dilakukan
akan tetapi pendangkalan tetap terjadi ini di karenakan banyak tumbuh tanaman
pengganggu seperti enceng gondok sehingga menyebabkan panorama waduk menjadi
berkurang dan para wisatawan akan ragu jika ingin menyusuri waduk dengan rakit
atau berenang karena khawatir bila terperangkap dalam tumbuhan enceng gondok
yang mengendap dibawah permukaan air. Maka tinggi sarat kapal adalah 0,9 meter untuk mengantisipasi pada
waktu musim kemarau dan kondisi waduk mengalami pendangkalan (sedimentasi).
4.2.3. Keadaan Geografis Waduk Cengklik
Secara geografis sebelah utara
dibatasi oleh kelurahan Senting, sebelah barat dibatasi oleh Desa Ngargorejo,
Kelurahan Senting, sebelah Selatan dibatasi Kebon Agung, Ngesrep dan sebelah
Timur dibatasi Desa Sobokerto, Kelurahan Ngesrep.
Waduk Cengklik sendiri mempunyai luas
genangan 296 ha, panjang tanggul 1693 m, lebar tanggul 750 m, volume 7.448.840
m3.
Gambar 4.1.
Kondisi Waduk Cengklik tahun 5 April 2012
(sumber : survey langsung)
Hasil dari pengamatan langsung di
lokasi, populasi enceng gondok yang menutupi daerah waduk cengklik +/- 50 %
dari 306 ha luas keseluruhan waduk. Sehingga diperlukan penanganan yang serius
dari pemerintah agar kondisi waduk tersebut tidak semakin parah, ini
dikarenakan enceng gondok (Eichornia
crossipes) dapat mengakibatakan pendangkalan. Terjadinya pendangkalan di
sebabkan adanya tanaman enceng gondok yang mati dan akan mengendap serta
membusuk di dasar waduk. Berikut ini daerah penyebaran enceng gondok di waduk
cengklik :
Gambar 4.2.
Daerah penyebaran enceng gondok di waduk cengklik
Keterangan : a,b,c merupakan daerah penyebaran enceng
gondok +/- 50 % dari 306 ha luas keseluruhan waduk.
Mengenai biaya investasi untuk
penanganan ini pihak pemerintah melalui APBN akan menguncurkan dana sebesar Rp.
4 miliar guna pengerukan sedimen waduk yang telah cukup tebal sehingga
berakibat terjadi pendangkalan. Dana sebesar itu dibagi tiga yakni untuk waduk
plumbon wonogiri, waduk ketro sragen dan waduk cengklik boyolali. Namun jika
biaya tersebut dialokasikan untuk pembuatan kapal sebesar Rp. 1,5 m pemerintah
boyolali tidak akan merugi pasalnya kapal ini mempunyai fungsi yang tepat untuk
mengurangi populasi enceng gondok serta memudahkan pekerjaan manusia.
4.3. Parameter Perancangan
4.3.1. Topologi Daerah Operasi Kapal
Sebelum
merencanakan sebuah kapal yang pertama harus diperhatikan adalah daerah operasi
kapal. Dalam perancanagan ini, daerah operasinya adalah Waduk Cengklik di
Kabupaten Boyolali. Luas wilayah, kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk
mendapatkan desain kapal yang optimal. Pada pembahasan sebelumnya, mengenai
gambaran umum Waduk Cengklik telah diketahui topologinya karena itu menjadi
pertimbangan unutk menentukan ukuran utama kapal pembersih gulma air yang
sesuai.
4.3.2. Bentuk Lambung Kapal
Dalam
analisa perancangan lambung ini mengacu pada data – data utama kapal pembersih
yang telah ada dan dioperasikan. Data utama tersebut meliputi panjang, lebar,
draft, kecepatan dan berat kapal yang akan dirancang nanti tetapi tidak secara langsung
diaplikasikan melainkan melalui proses analisa data dalam menentukan bentuk
regresi dari grafik untuk mendapatkan suatu perumusan dan bentuk korelasi
diantara beberapa dimensi yang dibandingkan. Penentuan ukuran utama kapal ini
merujuk dari kapal – kapal yang sudah ada serta mempertimbangkan kelayakan atau
kondisi dari kapal pembanding.
4.3.3. Kecepatan Kapal
Dikarenakan
kapal pembersih gulma air ini difokuskan untuk membersihkan tanaman gulma air
dalam hal ini enceng gondok , berbeda dengan kondisi lautan maka kecepatan yang
direncankan untuk kapal ini adalah 8
knot. Kecepatan tersebut dipilih karena jika kapal beroperasi tidak
mengganggu lingkungan sekitar, pada dasarnya kecepatan besar maka gelombang
yang disebabkan oleh kapal maka akan besar juga dan mengganggu lingkungan
sekitar, berbeda dengan kecepatan yang kecil efek gelombang yang ditimbulkan
oleh kapal adalah kecil dan tidak mengganggu lingkungan sekitar. Sehingga waktu
yang dibutuhkan kapal untuk sekali jalan ( 1693 m ) di sepanjang tanggul adalah
sebagai berikut :
t1 = = =
= 411,40 s
= 6,856 menit
Sedangkan waktu untuk menempuh waduk dengan lebar tanggul (750 m)
adalah sebagai berikut :
t2 = (lebar
tanggul/lebar conveyor) x t1
= (750/1,7) x 6,856
= 3024,70 menit = 50,41
jam = 7 hari
Jadi waktu total untuk membersihkan keseluruhan waduk ialah 7 hari.
4.3.4. Kapal Pembanding
Dalam
merancang kapal dengan metode perbandingan (comparison method) perlu
diperhatikan kapal pembanding yang akan digunakan sebagai parameter
perancangan. Sehingga akan mendapatkan ukuran utama yang sesuai dan hasil akhir
dalam merencanakan kapal diusahakan lebih baik daripada kapal yang telah ada
(kapal pembanding). Data kapal – kapal pembanding diambil dari PT. Pelindo II
Jakarta dan galangan kapal Bintang Timur Surabaya.
Tabel 4.1.
Data Kapal Pembanding
No
|
Nama kapal
|
LOA
|
B
|
H
|
T
|
1.
|
KM. Kakap
|
12,50
|
3,60
|
1,60
|
0,80
|
2.
|
KM. Krapu
|
13,50
|
3,60
|
1,60
|
0,80
|
3.
|
KM. Sapu – Sapu 1
|
13,50
|
4,00
|
1,80
|
1,00
|
4.
|
KM. Sapu – Sapu 2
|
15,00
|
4,00
|
1,80
|
1,00
|
5.
|
KM. Madura
|
11,20
|
4,50
|
1,40
|
0,80
|
4.3.5 Parameter Optimasi
Tujuan utama Karya Tulis ini adalah mendapatkan
ukuran utama yang optimal, sehingga dengan menggunakan metode perbandingan
optimasi ini diharapkan dapat diperoleh ukuran utama yang optimal serta
memenuhi kriteria teknis dalam proses perancangan sebuah kapal. Pengoptimasian
perbandingan ukuran utama kapal pembanding digunakan sebagai acuan dalam
menentukan ukran utama kapal pada peracangan ini jika sebelumnya sudah
ditetapkan nilai sarat kapal ( T ) sebesar 0,9 meter. Pada tabel berikut
adalah perbandingan ukuran utama kapal pembanding yang digunakan sebagai
parameter perancangan :
Tabel 4.2.
Nilai perbandingan kapal
No
|
Nama kapal
|
L/B
|
B/T
|
L/T
|
H/T
|
L/H
|
1.
|
KM. Kakap
|
3,47
|
4,5
|
15,6
|
2
|
7,8
|
2.
|
KM. Kerapu
|
3,75
|
4,5
|
16,8
|
2
|
8,43
|
3.
|
KM. Sapu – Sapu 1
|
3,37
|
4
|
13,5
|
1,8
|
7,5
|
4.
|
KM. Sapu – Sapu 2
|
3,75
|
4
|
15
|
1,8
|
8,33
|
5.
|
KM. Madura
|
2,66
|
5,62
|
15
|
1,75
|
8,5
|
Dari
harga perbandingan pada tabel di atas, dapat diketahui harga minimal dan
maksimal perbandingan ukuran utama kapal pembanding, yaitu sebagai berikut :
Perbadingan
L/B jika nilainya besar (>) maka mempunyai pengaruh : tahanan kecil, manuver
dan stabilitas kapal kurang sedangkan jika nilainya kecil (<) maka mempunyai
pengaruh stabilitas dan manuver baik tetapi menambah tahanan jadi diambil yang
nilainya kecil.
Perbadingan
L/T jika nilainya besar (>) maka mempunyai pengaruh : tahanan kapal kecil,
manuver dan stabilitas kapal kurang sedangkan jika nilainya kecil (<) maka
mempunyai tahanan kapal besar dan manuver baik jadi diambil nilai yang kecil.
Perbadingan
B/T jika nilainya besar (>) maka mempunyai pengaruh : stabilitas kapal baik
sedangkan jika nilainya kecil (<) maka mempunyai stabilitas kapal kurang
jadi diambil nilai yang besar.
Perbadingan
L/H jika nilainya besar (>) maka mempunyai pengaruh : kekuatan kapal semakin
berkurang sedangkan jika nilainya kecil (<) maka kekuatan kapal lebih kuat
jadi diambil nilai yang kecil.
Perbadingan
L/T diambil yang nilainya kecil (<) karena kemungkinan deck wetnessnya
kecil.
Tabel 4.3.
Nilai perbandingan kapal yang akan direncanakan
Perbandingan ukuran utama kapal
|
Nilai perbandingan
|
keterangan
|
L/B
|
3,32
|
Range 2,48–3,75 (kapal pembanding)
|
B/T
|
4,44
|
Range 3,5-5,625 (kapal pembanding)
|
L/T
|
14,7
|
Range 7,94-15 (kapal pembanding)
|
H/T
|
1,8
|
Range 1,3-1,8 (kapal pembanding)
|
L/H
|
8,1
|
Range 4,5-8,43 (kapal pembanding)
|
Dengan
pengoptimasian perbandingan ukuran utama kapal tersebut, didapat ukuran utama
kapal yaitu :
LOA =
13,30 m
B =
4,00 m
H =
1,64 m
T =
0,90 m
Semua
perbandingan dalam ukuran utama kapal
pembersih ini sesuai dengan range
perbandingan kapal pembanding, tetapi parameter yang digunakan lebih ditekankan
pada perbandingan L/B dan B/T mengenai stabilitas dan manuver untuk kenyamanan
penumpang. Pada perbandingan L/T masuk range tetapi nilai masih besar karena
nilai sarat (T) kapal sudah ditentukan terlebih dahulu. Untuk perbandingan L/H
nilainya besar sehingga kekuatan memanjang kapal berkurang tetapi itu tidak
menjadi masalah dalam perancangan ini dikarenakan kapal mempunyai panjang kapal
yang tidak begitu panjang dan daerah operasi kapal disungai yang mana termasuk
perairan tenang, untuk menambah kekuatan memanjang dengan memperkuat
konstruksinya.
4.4. Power Main Engine
(BHP) , Conveyor , dan Crane
Pada daya main engine ini tidak sebatas
memenuhi tahanan kapal tetapi mempunyai fungsi menambah gaya dorong dari kapal
tersebut sehingga didapatkan kemampuan maksimal itu dikarenakan di bagian depan
kapal ada palkah untuk menaruh muatan. Daya main engine yang ada merupakan
random dari data lapangan yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan korelasi
dengan berbagai dimensi yang lain.
Power Main Engine kapal pembersih
gulma air ini yang ideal sekitar 115 HP, nilai itu didapat setelah diadakanya
survey lapangan (sumber : KKM KM.Sapu-Sapu dan PT.Pelindo II Tanjung Priok
Jakarta). Power Main Engine sangat mempengaruhi operasional kapal, terutama
pada konsumsi bahan bakar.
Conveyor juga sama halnya dengan main engine, yang akan dirancang
merupakan hasil analisa dengan mengkorelasikan data yang sudah ada dilapangan.
Perhitungan conveyor ini berdasarkan rumus yang digunakan untuk merancang
conveyor yang akan digunakan untuk mengangkut material – material yang berat
seperti hasil tambang. Rumus ini digunakan karena tidak ada rumus – rumus
khusus untuk merancang conveyor yang mengangkut enceng gondok. Spesifikasi
conveyor yang direncanakan dapat dilihat dibawah ini :
·
Tipe frame dan material sabuk : Wire mesh, galvanied steel
·
Tipe conveyor : Conveyor
khusus (garu)
·
Diameter/tebal roda sabuk : min 1 mm
·
Panjang sisi atas sabuk : 5,00 m
·
Lebar sabuk : 1,70
m
·
Kapasitas motor hidrolik : 1x1200 Psi,300 RPM Max,5
·
Material poros roda conveyor : ST 90
·
Panjang rumah conveyor : 5,25 m
·
Lebar rumah conveyor : 2,00 m
·
Tinggi : 2,48 m
·
Material yang diangkut : enceng gondok
·
Ukuran serat :
80 mm
·
Berat jenis : 22
kg/m3
·
Kapasitas (Q) : 1,8
ton/jam
4.5. Pemodelan Kapal
Dalam Karya Tulis ini, pembuatan rencana garis menggunakan software
CAD (Computer Aided Design), serta pemodelan 3D kapal dilakukan
dengan menggunakan software Delftship version 4.03.68 Professional,
yaitu salah satu program aplikasi pemodelan hullform kapal. Pembuatan lines
plan dan pemodelan kapal dilakukan dengan memasukan data ukuran utama kapal
kedalam software Delftship version 4.03.68 yang terdiri dari :
·
Jumlah titik dalam arah
memanjang,
·
Jumlah titik dalam arah tegak
atau vertikal,
·
Lebar kapal,
·
Sarat kapal,
·
Satuan ukuran.
Seluruh
data – data tersebut dimasukkan dan disesuaikan dengan ukuran dan karakter
kapal pembersih sebenarnya. Setelah data – data tersebut dimasukkan maka kita
tinggal memasukkan ukuran ke dalam titik – titik di software delftship
tersebut. Input data kita ambil dari gambar rencana garis kapal pembersih di
software CAD. Pada gamabar dibawah ini menampilkan model 3D kapal pembersih
yang sudah selesai dari Delftship version
4.03.68 Professional dan ada
beberapa pandangan gambar :
Ø Prespective view gambar
Gambar 4.3.
Tampilan prespective software Delftship v.4.03.068 Profesional
Ø Profile view
Gambar 4.4.
Tampilan proflie software Delftship v.4.03.068 Profesional
Ø Plan view
Gambar 4.5.
Tampilan plan software Delftship v.4.03.068 Profesional
Ø Bodyplan view
Gambar 4.6.
Tampilan bodyplan software Delftship v.4.03.068 Profesional
4.6. Desain Lambung Kapal
Kapal
pembersih gulma air, umumnya banyak digunakan untuk daerah seperti sungai,
rawa, maupun danau yang mempunyai rata – rata kecepatan arusnya rendah. Dibawah
ini menunjukan pandangan prespective kapal pembersih gulma air dari software Delftship v.4.03.68 Professional.
Gambar 4.7.
Pandangan Prespektif Desain Baru Kapal
Pada gambar dibawah menunjukan Lines
Plan dari kapal pembersih gulma air yang dirancang, dibuat dengan bantuan software Delftship v.4.03.68 Professional.
Dari gambar tersebut bisa dilihat bentuk karakteristik badan kapal dari
berbagai pandangan. Pada pandangan depan dan belakang ini disebut bodyplan,
pada pandangan samping disebut sheer plan, dan pandangan atas disebut water
line plan.
Gambar 4.8.
Linesplan Desain Kapal Pembersih Baru
4.7. Perhitungan
Hidrostatik
Untuk
menghitung diagram hidrostatik digunakan software
Delftship v.4.03.68 Professional. Dari hasil running software tersebut
dapat diketahui nilai seperti dibawah ini :
Design Hydrostatics Report
Design length : 13,30 m Midship
location : 6,650 m
Lenght over all : 13,30 m Relative
water density : 1,025
Design beam : 4,00
m Mean shell thickness : 0,00
Maximum beam : 4,00
m Appendage coefficient:
1,00
Design draft : 0,90
m
Volume Properties
Moulded volume
: 24,456 m3
Total displaced volume : 24,456 m3
Displacement : 25,067 tonnes
Block coefficient : 0,5108
Prismatic coefficient : 0,6999
Vert. Prismatic coeff : 0,6555
Wetted surface area : 51,862 m2
Longitudinal center of
buoyancy : 6,588 m
Longitudinal center of
buoyancy : -0,482 %
Vert. Center of buoyancy : 0,528 m
Waterplane Properties
Lenght on waterline
: 12,813 m
Beam on waterline
: 3,438 m
Entrance angle
: 90 deg
Waterplane area
: 41,456 m2
Waterplane coefficient
: 0,7793
Waterplane center of floatation : 6,341 m
Transverse moment of inertia : 37,124 m4
Longitudinal moment of inertia : 523,76 m4
Midship
Properties
Midship section area
: 2,627 m2
Midship coefficient
: 0,7298
Initial
Stability
Transverse metacentric height : 2,046 m
Longitudinal metacentric height : 21,945 m
Lateral Plane
Lateral area :
8,513 m2
Longitudinal center of effort : 6,596 m
Vertical center of effort : 0,509 m
Tabel
4.4. Sectional Area
Sectional Area
|
|
Station (m)
|
Area (m2)
|
0,000
|
0,530
|
1,263
|
0,765
|
2,527
|
1,560
|
3,790
|
2,462
|
5,054
|
2,612
|
6,318
|
2,627
|
7,581
|
2,627
|
8,845
|
2,627
|
10,108
|
2,434
|
10,529
|
2,137
|
10,950
|
1,695
|
11,372
|
1,224
|
11,793
|
0,794
|
12,214
|
0,425
|
12,635
|
0,114
|
Gambar 4.9.
Grafik CSA (Curve Sectional Area)
Dari
perhitungan hidrostatik kapal dengan menggunakan software Delftship v.4.03.68 Professional, akan mendapatkan nilai –
nilai seperti diatas. Untuk nilai CSA (curve sectional area) dapat dilihat pada
tabel dan ditunjukan digrafik. Selain itu didapatkan pula nilai koefisien –
koefisien beserta grafiknya seperti dibawah ini :
Tabel 4.5.
Data Hidrostatik Kapal
draft
|
trim
|
lwl
|
bwl
|
volume
|
disp
|
lcb
|
vcb
|
cb
|
|||||
m
|
m
|
m
|
m
|
m^3
|
t0nnes
|
m
|
m
|
||||||
0
|
0
|
2,794
|
2,4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||||
0,1
|
0
|
6,882
|
2,515
|
1,462
|
1,499
|
6,963
|
0,054
|
0,275
|
|||||
0,2
|
0
|
7,651
|
2,631
|
3,323
|
3,406
|
6,899
|
0,108
|
0,312
|
|||||
0,3
|
0
|
8,259
|
2,746
|
5,434
|
5,57
|
6,873
|
0,164
|
0,34
|
|||||
0,4
|
0
|
8,905
|
2,862
|
7,792
|
7,987
|
6,855
|
0,22
|
0,366
|
|||||
0,5
|
0
|
9,634
|
2,977
|
10,422
|
10,682
|
6,832
|
0,279
|
0,392
|
|||||
0,6
|
0
|
10,475
|
3,092
|
13,357
|
13,357
|
6,799
|
0,338
|
0,418
|
|||||
0,7
|
0
|
12,165
|
3,208
|
16,662
|
17,078
|
6,742
|
0,4
|
0,447
|
|||||
0,8
|
0
|
12,487
|
3,323
|
20,435
|
20,946
|
6,645
|
0,465
|
0,48
|
|||||
0,9
|
0
|
12,813
|
3,438
|
24,456
|
25,067
|
6,588
|
0,528
|
0,511
|
|||||
am
|
cm
|
wpa
|
cw
|
lcf
|
cp
|
s
|
kmt
|
kmi
|
|||||
m^2
|
m^2
|
m
|
m^2
|
m
|
m
|
||||||||
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6,705
|
0
|
0
|
|||||
0,246
|
0,614
|
17,212
|
0,324
|
6,867
|
0,447
|
17,92
|
6,193
|
46,16
|
|||||
0,503
|
0,629
|
19,914
|
0,374
|
6,838
|
0,497
|
21,52
|
3,495
|
28,9
|
|||||
0,772
|
0,643
|
22,314
|
0,419
|
6,828
|
0,529
|
24,907
|
2,669
|
22,97
|
|||||
1,052
|
0,658
|
24,892
|
0,468
|
6,794
|
0,557
|
28,533
|
2,311
|
20,63
|
|||||
1,344
|
0,672
|
27,768
|
0,522
|
6,73
|
0,583
|
32,518
|
2,14
|
19,97
|
|||||
1,648
|
0,687
|
31,031
|
0,583
|
6,625
|
0,61
|
36,956
|
2,062
|
20,36
|
|||||
1,963
|
0,701
|
36,505
|
0,686
|
6,175
|
0,638
|
43,679
|
2,082
|
25,29
|
|||||
2,289
|
0,715
|
38,964
|
0,732
|
6,258
|
0,671
|
47,726
|
2,051
|
23,34
|
|||||
2,627
|
0,73
|
41,456
|
0,779
|
6,341
|
0,7
|
51,862
|
2,046
|
21,94
|
|||||
4.8 Rencana Umum
Dalam
pembuatan rencana umum biasanya tergantung dari tipe kapal yang direncanakan
sehingga peralatan bisa berfungsi secara optimal. Tetapi pada dasarnya
perencanaan umum untuk semua tipe kapal memiliki kesamaan dalam hal-hal
tertentu seperti dalam penyusunan ruangan akomodasi dan daya mesin meskipun untuk kapal yang berbeda akan
menyebabkan terjadinya perbedaan kapasitas.
Untuk
menentukan besarnya volume tanki-tanki yang berada dikapal baik tanki bahan bakar, tanki air tawar untuk
mendinginkan mesin dan tanki minyak pelumas. Dalam perencanaan kapal ini
dirancang untuk pengisisan bahan bakar selama beberapa hari. Perncanaan tanki
terhadap waktu operasi Kapal beroperasi sehari 2 kali jam kerja :
Pertama
Pukul ( 08.00 – 11.30 ) , istirahat ( 2 jam ) , kedua pukul (13.30 – 17.00).
Jangka waktu dipakai karena mempertimbangkan beberapa hal :
1. Mesin induk
Pada kapal pembersih
gulma air ini menggunakan mesin induk yang memerlukan bahan bakar yang sesuai
dengan kebutuhan pada saat beroperasi, tanki bahan bakarnya pun disesuaikan
juga.
2.
Bahan bakar
Bahan bakar yang dipakai
yaitu MDO (marine diesel oil), pemilihan MDO berdasarkan kinerja untuk mesinnya
lumayan bagus, harga masih terjangkau.
3.
Lokasi
Waduk ini cukup luas
dengan panjang tanggul menyampai 1693 m dan lebar 750 m, sehingga memerlukan
waktu - / + seminggu untuk mencakup semua wilayahnya.
Gambar rencana umum (general arangement) dari kapal pembersih gulma air yang
direncanakan terlampir pada lampiran.
4.9. Software Analisa Hambatan Kapal, Stabilitas, dan Olah Gerak Kapal
Delftship saat ini banyak digunakan
untuk merancang bentuk badan kapal, menghitung tanki-tanki, hidrostatik,
hambatan dan masih banyak lagi tools yang lainnya Versi Delftship yang
digunakan adalah v.4.03.68 Professional. Pada perancangan
lambung kapal ini dimanfaatkan
untuk memperkirakan hambatan kapal, kecepatan maksimum, Stabilitas Kapal dan
Olah Gerak Kapal yang bisa dicapai.
Setelah bentuk badan kapal dirancang
dengan software Delftship selanjutnya untuk menghitung hambatan dan
kecepatan kapal juga digunakan software
Perkapalan lain. Yang pertama harus dilakukan yaitu meng-export file
desain kapal*.fbm ke dalam bentuk file *.igs (IGES Files). Selanjutnya dari
file *.igs ini dibuka ke dalam direktori software perkapalan lain dengan
cara import file, lalu data disimpan ke dalam bentuk *.msd.
4.9.1. Running Hambatan
dan Kecepatan Kapal
Tabel 4.6.
Hambatan kapal hasil running
software perkapalan
No
|
Speed
|
Van Oortmerssen
|
Van Oortmerssen
|
Power
|
power
|
|
(Knot)
|
Resistance (kN)
|
Resistance (N)
|
(hp)
|
(kW)
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0,2
|
0
|
1,39
|
0
|
0
|
3
|
0,4
|
0
|
4,87
|
0
|
0
|
4
|
0,6
|
0,01
|
10,2
|
0,01
|
0,01
|
5
|
0,8
|
0,02
|
17,26
|
0,03
|
0,02
|
6
|
1
|
0,03
|
25,99
|
0,05
|
0,04
|
7
|
1,2
|
0,04
|
36,36
|
0,09
|
0,06
|
8
|
1,4
|
0,05
|
48,51
|
0,13
|
0,1
|
9
|
1,6
|
0,06
|
63,22
|
0,2
|
0,15
|
10
|
1,8
|
0,08
|
81,92
|
0,29
|
0,22
|
11
|
2
|
0,11
|
105,95
|
0,42
|
0,31
|
12
|
2,2
|
0,14
|
135,89
|
0,59
|
0,44
|
13
|
2,4
|
0,17
|
171,54
|
0,81
|
0,61
|
14
|
2,6
|
0,21
|
212,09
|
1,09
|
0,81
|
15
|
2,8
|
0,26
|
256,55
|
1,42
|
1,06
|
16
|
3
|
0,3
|
303,94
|
1,8
|
1,34
|
17
|
3,2
|
0,35
|
353,44
|
2,23
|
1,66
|
18
|
3,4
|
0,4
|
404,53
|
2,71
|
2,02
|
19
|
3,6
|
0,46
|
456,96
|
3,24
|
2,42
|
20
|
3,8
|
0,51
|
511,79
|
3,83
|
2,86
|
21
|
4
|
0,57
|
569,22
|
4,49
|
3,35
|
22
|
4,2
|
0,63
|
634,57
|
5,25
|
3,92
|
23
|
4,4
|
0,7
|
701,25
|
6,08
|
4,54
|
24
|
4,6
|
0,8
|
795,68
|
7,21
|
5,38
|
25
|
4,8
|
0,9
|
903,24
|
8,55
|
6,37
|
26
|
5
|
1
|
1003,38
|
9,89
|
7,37
|
27
|
5,2
|
1,15
|
1150,67
|
11,79
|
8,79
|
28
|
5,4
|
1,38
|
1381,87
|
14,71
|
10,97
|
29
|
5,6
|
1,65
|
1647,73
|
18,19
|
13,56
|
30
|
5,8
|
1,88
|
1884,27
|
21,54
|
16,06
|
31
|
6
|
2,09
|
2094,28
|
24,77
|
18,47
|
32
|
6,2
|
2,34
|
2343,8
|
28,64
|
21,36
|
33
|
6,4
|
2,7
|
2703,94
|
34,11
|
25,44
|
34
|
6,6
|
3,2
|
3203,16
|
41,67
|
31,07
|
35
|
6,8
|
3,82
|
3817,99
|
51,17
|
38,16
|
36
|
7
|
4,49
|
4492,66
|
61,99
|
46,22
|
37
|
7,2
|
5,17
|
5166,56
|
73,32
|
54,68
|
38
|
7,4
|
5,79
|
5794,69
|
84,52
|
63,03
|
39
|
7,6
|
6,36
|
6356,26
|
95,22
|
71
|
40
|
7,8
|
6,85
|
6853,49
|
105,37
|
78,57
|
41
|
8
|
7,31
|
7305,06
|
115,19
|
85,9
|
metode yang sesuai untuk perhitungan
hambatan jenis kapal pembersih gulma air ini adalah metode Van Oortmeersen. Setelah beberapa kali dilakukan running maka
diperoleh nilai efisiensi sebesar 35 % untuk nilai yang mendekati 115 hp untuk
mesin induknya. Sehingga besar hambatan total RT pada saat operasi
dengan kecepatan dinas minimal 5 knot adalah 1 kN, dan hambatan total RT pada
saat kecepatan 8 knot adalah 7,31 kN. Selanjutnya besar tenaga mesin yang
keluar pada kecepatan dinas Vs 5 knot sebesar 9,89 hp dan pada kecepatan VT
8 knot sebesar 115,19 HP. Berdasarkan hasil running software perkapalan pada
berbagai kondisi kecepatan, terlihat bahwa semakin tinggi kecepatan kapal maka
akan mempengaruhi hambatan total yang menjadi semakin tinggi pula. Saat kapal
melaju pada kecepatan 5 knot sampai 8 knot akan terjadi peningkatan kebutuhan
daya (HP) yang besar. Dikarenakan power (HP) berbanding lurus dengan hambatan,
maka dari grafik diatas dapat diperkirakan kecepatan ekonomis kapal pembersih
gulma air ini adalah sekitar 8 knot. Pada gambar dibawah menunjukan hasil
randering untuk gelombang saat kapal dijalankan dengan kecepatan dinas VT
8 knot.
Gambar 4.10.
Hasil rendering bentuk
gelombang
4.9.2. Stabilitas Kapal
Kapal ini dirancang untuk beroperasi
didaerah waduk, maupun perairan dangkal dengan kondisi ombak yang relativ
kecil. Stabilitas kapal dihitung dengan menggunakan software Perkapalan.
Sebagai persyaratan yang
wajib tentunya stabilitas kapal harus mengacu pada standart yang telah
ditetapkan oleh biro klasifikasi setempat atau marine authority seperti International
Maritime Organisation (IMO).
- Stabilitas utuh harus mematuhi IMO
Res.A.749(18), Chapter 3.1, sebagai amandemen oleh MSC Res 75(69).
-
Sebagai alternatif, jika dapat dipakai persyaratan stabilitas utuh IMO
Res.A.749(18), Chapter 4.5, sebagai amandemen oleh MSC Res 75(69).
Dalam menghitung stabilitas suatu kapal kita harus
membuat variasi muatan pada beberapa kondisi sehingga diketahui stabilitas
untuk tiap kondisinya, seperti berikut ini:
1)
Kondisi
pertama merupakan kondisi kapal muatan penuh dan berat consumable 80% ( Full
Load Condition ).
2)
Kondisi
ke dua merupakan kondisi meninggalkan tempat sandar dimana muatan 0%, kebutuhan bahan bakar
sudah di isi penuh.
3)
Kondisi
ke ketiga diasumsikan pada saat kapal sampai di tempat
sandar, dengan muatan 80% (muatan penuh) dan
bahan bakar 10%.
4)
Kondisi
ke empat ini diasumsikan pada saat kapal sampai ditempat
sandar, dengan muatan hanya
50% dari muatan penuh. Perkirakan tanki – tanki seperti
bahan bakar, pelumas dan air bersih tersisa 10%.
5)
Kondisi
ketujuh ini mempresentasikan kapal dalam keadaan muatan dan consumalbe kosong.
Tabel 4.7.
Stabilitas
kondisi muatan penuh
Item Name
|
Quantity
|
Weight
|
Long.Arm
|
Vert.Arm
|
Trans. Arm
|
FS mom.
|
FSM Type
|
|
|
tonne
|
m
|
m
|
m
|
tonne.m
|
|
Lightship
|
1
|
12,902
|
6,438
|
0,000
|
0,766
|
0,000
|
User
Specified
|
Nahkoda
|
1
|
0,080
|
5,377
|
0,000
|
2,600
|
0,000
|
User
Specified
|
Crew
1
|
1
|
0,080
|
4,693
|
0,000
|
2,600
|
0,000
|
User
Specified
|
Crew
2
|
1
|
0,080
|
4,693
|
0,000
|
2,600
|
0,000
|
User
Specified
|
Alat
keselamatan 1
|
1
|
0,005
|
4,000
|
0,000
|
3,000
|
0,000
|
User
Specified
|
Alat
keselamatan 2
|
1
|
0,005
|
4,000
|
0,000
|
3,000
|
0,000
|
User
Specified
|
Alat
keselamatan 3
|
1
|
0,005
|
4,000
|
0,000
|
3,000
|
0,000
|
User
Specified
|
Alat
keselamatan 4
|
1
|
0,005
|
4,000
|
0,000
|
3,000
|
0,000
|
User
Specified
|
Alat
pemadam 1
|
1
|
0,010
|
4,000
|
0,000
|
2,500
|
0,000
|
User
Specified
|
Alat
pemadam 2
|
1
|
0,010
|
4,000
|
0,000
|
2,500
|
0,000
|
User
Specified
|
CARGO
HOLD 1
|
1
|
2,100
|
9,750
|
0,000
|
0,900
|
0,000
|
User
Specified
|
CARGO
HOLD 2
|
1
|
2,100
|
9,750
|
0,000
|
0,900
|
0,000
|
User
Specified
|
Crane
|
1
|
2,500
|
7,610
|
0,000
|
0,000
|
0,000
|
User
Specified
|
Conveyor
|
1
|
0,625
|
12,310
|
0,000
|
0,000
|
0,000
|
User
Specified
|
FOT
1
|
100%
|
0,887
|
5,427
|
-0,895
|
0,391
|
0,000
|
Maximum
|
LOT
1
|
100%
|
0,158
|
5,276
|
-0,150
|
0,277
|
0,000
|
Maximum
|
BALLAST
2 (S)
|
100%
|
0,174
|
3,339
|
-1,186
|
0,471
|
0,000
|
Maximum
|
FOT
2
|
100%
|
0,887
|
5,427
|
0,895
|
0,391
|
0,000
|
Maximum
|
LOT
2
|
100%
|
0,158
|
5,276
|
0,150
|
0,276
|
0,000
|
Maximum
|
BALLAST
2 (P)
|
100%
|
0,174
|
3,339
|
1,186
|
0,471
|
0,000
|
Maximum
|
BALLAST
1
|
100%
|
1,906
|
0,504
|
0,000
|
1,163
|
0,000
|
Maximum
|
Total
Loadcase
|
|
24,852
|
6,659
|
0,000
|
0,707
|
0,000
|
|
FS
correction
|
|
0,000
|
|
||||
VCG
fluid
|
|
0,707
|
|
Gambar
4.11.
Kondisi
kapal saat muatan penuh
Berdasarkan hasil running dari
software Perkapalan, kapal pembersih
gulma airyang didesain ini masih memenuhi syarat baik stabilitas maupun
untuk kondisi trim dengan merujuk pada kriteria IMO Resolution A.749
(18) Chapter 3, Code on Intact Stability untuk kriteria desain yang
dapat dipakai untuk semua kapal.
4.9.3. Olah Gerak Kapal
Olah Gerak Kapal ( Seakeeping
Performance ) adalah kemampuan suatu kapal untuk tetap bertahan di laut
dalam kondisi apapun. Oleh karena itu kemampuan ini jelas merupakan aspek
penting dalam hal perancangan kapal (Ship Design). Pada perencanaan
desain hull form kapal
pembersih gulma air, kualitas dari kinerja hull form merupakan
bagian yangmenjelaskan keadaan dimana kapal oleng, atau tenggelam (Ultimate
Loss of Performance) pada tiap kondisi gelombang dapat diketahui secara
pasti bahkan dalam kondisi extreme sekalipun.
Dalam penulisan Karya Tulis ini
titik berat dari uraian olah gerak kapal (Seakeeping Performance) adalah
gerakan yang hanya mampu direspon oleh kapal yakni, meliputi gerakan rolling,
heaving, pitching. Perhitungan olah gerak kapal pada Karya Tulis ini menggunakan software Perkapalan lain.
Dalam penggunaan software perkapalan
lain, pada penulisan Karya Tulis ini terdapat beberapa pengaturan antara lain:
1. Penggunaan Spektra Gelombang (Wave
Spectrum)
2.
Kondisi Perairan (Sea Condition)
3.
Pengaturan Sudut Masuk
Gelombang (Wave Heading)
Proses running dilakukan
berdasarkan data-data software dan data kecepatan kapal. Pada pembahasan seakeeping
performance ini penulis menggunakan data saat kecepatan kapal 8 knot. Hasil
proses running dengan software Perkapalan adalah sebagai berikut
:
Tabel 4.8.
Perhitungan
oleh gerak kapal kondisi ombak kecil (slight water)
Kapal desain baru
|
||||
item
|
Wave heading
|
motion
|
velocity
|
acceleration
|
heaving
|
0 deg
|
0,108 m
|
0,059 m/s
|
0,034 m/s2
|
45 deg
|
0,111 m
|
0,073 m/s
|
0,050 m/s2
|
|
90 deg
|
0,118 m
|
0,117 m/s
|
0,152 m/s^2
|
|
180 deg
|
0,128 m
|
0,186 m/s
|
0,339 m/s^2
|
|
pitching
|
0 deg
|
0,91 deg
|
0,00856 rad/s
|
0,00565 rad/s^2
|
45 deg
|
0,78 deg
|
0,01033 rad/s
|
0,00805 rad/s^2
|
|
90 deg
|
0,47 deg
|
0,01385 rad/s
|
0,02660 rad/s^2
|
|
180 deg
|
0,81 deg
|
0,02790 rad/s
|
0,06577 rad/s^2
|
|
rolling
|
0 deg
|
0
|
0
|
0
|
45 deg
|
0,84 deg
|
0,00994 rad/s
|
0,00750 rad/s^2
|
|
90 deg
|
3,06 deg
|
0,16321
rad/s
|
0,53763 rad/s^2
|
|
180 deg
|
0
|
0
|
0
|
Tabel 4.9.
Hasil
pengamatan animasi
Kapal
desain baru
|
||
item
|
Wave
heading
|
criteria
|
heaving
|
0 deg
|
Tidak
terjadi deck wetness
|
45 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
|
90 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
|
180 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
|
pitching
|
0 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
45 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
|
90 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
|
180 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
|
rolling
|
0 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
45 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
|
90 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
|
180 deg
|
Tidak terjadi deck wetness
|
Dari tabel diatas dapat kita lihat
bahwa pada kondisi ombak kecil (slight water) saja kapal tidak mengalami
deck wetness sedangkan pada ombak sedang (moderate water) dan
ombak besar (rough water) kapal akan mengalami deck wetness. Dari
kriteria tersebutdapat disimpulkan bahwa kapal
pembersih gulma airyang dirancang tidak direkomendasikan untuk berlayar
di laut lepas (ocean going). Sehingga tinjauan kenyamanan dari sea
behaviour pada desain baru pembersih gulma air tersebut tergantung
pada beberapa hal, antara lain :
a. Tinggi rendahnya simpangan terbesar dari gerakan kapal. Semakin
tinggi simpangan amplitudo kapal berarti semakin besar kemungkinan air masuk ke
geladak kapal. Semakin rendah berarti meminimalisir resiko deck wetness.
b.
Cepat lambatnya gerakan kapal.
Semakin cepat gerakan kapal berarti respon kapal terlalu kaku sehingga
meningkatkan resiko mabuk laut (Motion Sicknessof Incident). Semakin
lambat berarti nilai MSI semakin rendah sehingga dari tinjauan kenyamanan lebih
tinggi.
4.10. Estimasi biaya pembuatan
No
|
Uraian
|
Volume
|
Satuan
|
Total
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
KONTRUKSI
LAMBUNG
1.1 Kebutuhan Plat
Dan Profil
1.2 Cat Dan Thiner
1. Cat
2. Thiner
1.3 Alumunium
Anode
1. Untuk Sea
Chest (2kg)
2. Daun Kemudi
(3,2kg)
3. Lambung
(5,2kg)
DECK
2.1 Peralatan dan Perlengkapan Deck
1. Crane Kap. 2 Ton Power Pack
2. Conveyor
3. Perlengkapan Deck
2.2 Perlatan Pada Akomodasi
1. Ac Split 0,5 Pk
2.3 Inventory Untuk Akomodasi
2.4 Pintu Dan Jendela
1. Pintu Kayu
2. Skylight
2.5 Windows Navigation Deck
2.6 Deck Convering, Deiling, Lining
2.7 Steel Work
2.8 Fender (Rubber Fender)
2.9 Perlengkapan Keselamatan
1. Lifebuoy
2. Life Jacket
2.10 Alat Pemadam Kebakaran
1. Portable Powder Fire
Fighting
2.11 Clear View Screen
1. Clear View Screen 8 “
ENGINE DAN
PROPULSION SYSTEM
3.1 Main
Propulsion System
1. Main Engine
Dan Gear Box
2. Pembuatan As
Baling – Baling
3. Pembuatan Daun
Baling – Baling
4. Pembuatan Daun
Kemudi,As Dan Steering
3.2 Generator Set
3.3 Pompa – Pompa
1. Gs Pump (Elektro
Motor)
2. Pompa Air
Tawar
3. Pompa Tangan
(Bhn Bkr,Bilga)
3.4 Sistem
Perpipaan
3.5 Sistem
Ventilasi
1. Blower
3.6 Perlengkapan
Dan Peralatan Pemersinan
ELEKTRIK
SISTEM
4.1 Charger Dan
Battery
1. Battrey
Kebutuhan Umum
Perlengkapan Navigasi
2. Charger
Battery
4.2 Msb Dan Panel Distribusi
1. Main Switch
Board
2. Starter Panel
Dan Distribusi
3. Shore
Connection Box
4.3 Penerangan
1. Lampu Navigasi
2. Penerangan
Umum
3. Penerangan
Darurat
4.4 Kabel
4.5 Peralatan
Komunikasi
1. Vhf Radio
Telephone
2. Two Way Vhf
Radio Telephone
4.6 Peralatan
Hiburan
1. Mini Compo
4.7 Sistem Navigasi
1. Whistle/Air
Horn
4.8 Peralatan Dan
Perlengkapan Elektrik
DESIGN
AND DRAWING COST
TOTAL
|
1
1
1
2
2
8
1
1
1
1
1
4
2
1
1
1
1
4
4
3
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
|
303.050.000
24.713.040
1.545.467
165.000
254.000
429.000
265.000.000
135.000.000
4.800.000
3.500.000
5.000.000
2.250.000
2.000.000
14.000.000
25.600.000
3.000.000
20.078.080
220.000
192.500
2.300.000
15.000.000
305.250.000
37.309.936
31.208.083
60.200.813
53.000.000
15.000.000
2.500.000
3.000.000
36.844.000
2.500.000
5.000.000
3.348.000
3.348.000
5.580.000
10.000.000
15.000.000
5.000.000
20.000.000
10.000.000
5.000.000
22.000.000
15.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
5.000.000
20.000.000
|
303.050.000
24.713.040
1.545.467
330.000
528.000
3.432.000
265.000.000
135.000.000
4.800.000
3.500.000
5.000.000
9.000.000
4.000.000
14.000.000
25.600.000
3.000.000
20.078.080
880.000
770.000
6.900.000
15.000.000
305.250.000
37.309.936
31.208.083
60.200.813
53.000.000
15.000.000
2.500.000
9.000.000
36.844.000
10.000.000
5.000.000
3.348.000
3.348.000
5.580.000
10.000.000
15.000.000
5.000.000
20.000.000
10.000.000
5.000.000
22.000.000
15.000.000
20.000.000
1.000.000
10.000.000
5.000.000
20.000.000
1.571.715.000
|
4.11. Perlengkapan Kapal
Dalam merancang sebuah kapal tidak
dapat dihindari adanya berbagai macam kepentingan yang akan saling bertentangan
dan itu akan didapatkan pada penyusunan rencana umum. Sebelum membuat rencana
umum maka perlu ditentukan kebutuhan peralatan yang akan digunakan pada kapal
yang dirancang. Perencanaan pemilihan peralatan ini diharapkan dapat menjadi yang
pilihan terbaik diantara kapal-kapal pembanding yang sudah ada. Sistem dan
perlengkapan kapal yang tepat akan mendukung efisiensi dari suatu kapal.
Kebutuhan peralatan yang menentukan efisiensi kapal tunda pelabuhan dalam
operasinya secara garis besar dapat di tentukan dari :
1. Mesin
Induk
2. Jenis
Propulsi
3.
Perlengkapan Navigasi
4.
Perlengkapan Akomodasi
5.
Perlengkapan Keselamatan
Berikut rencanan umum perlengkapan yang akan
digunakan pada kapal pembersih gulma ini:
Tabel 4.10.
Rencanan
Umum Perlengkapan Kapal
No.
|
Jenis Perlengkapan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Main Engine
BHP : 115 Hp
|
|
Main engine
Yanmar 6CH3
|
2.
|
Perlengkapan Deck
|
|
quickrelease towing hook dan bower anchor windlass
|
3.
|
Lampu Navigasi
|
|
Mast head
light, portside light, starboard light, stern light, morse light.
|
4.
|
Marine Radar
|
|
Marine Radar Furuno 1623
( Sumber : www.karyatehnik.net )
|
4.
|
Marine GPS
|
|
Marine GPS Furuno GP 32
( Sumber : www.karyatehnik.net )
|
5.
|
Echosounder
|
|
Furuno FCV 620 Echosounder
( Sumber : www.karyatehnik.net )
|
6
|
Perlengkapan Radio Telephon
|
|
Furuno FM 3000 VHF Radio
( Sumber : www.karyatehnik.net )
|
7.
|
Kompas Magnetik
|
|
Magnetic Compass & clinometers
( Sumber : www.karyatehnik.net )
|
8.
|
Life Buoy (Pelampung Penolong)
|
|
Life buoy
( Sumber : www.viking-life.com )
|
9.
|
Life Jacket (Baju Penolong)
|
|
Life Jacket
(Sumber : www.viking-life.com )
|
10.
|
Perangkat Komunikasi (Communication
Device)
|
|
Pesawat radio dua arah Motorola MR350R
( Sumber : www.mcmelectronics.com )
|
11.
|
Peralatan Pemadam Kebakaran
|
|
CO= 2 set
Foam = 2 set
|
12.
|
Perlengkapan Akomodasi
|
|
1. Meja
2. Kursi
3. Kondisioner udara (AC)
|
|
|
|
|
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan penulis yaitu perancangan kapal pembersih gulma air dengan sistem
conveyor dikawasan obyek wisata waduk cengklik di kabupaten Boyolali, maka
dapat disimpulkan beberapa informasi teknis sebagai berikut :
1.
Dengan
menggunakan metode perancangan perbandingan optimasi dari kapal pembanding,
didapatkan ukuran utama dari kapal yaitu LOA = 13.30 m, LWL = 12.813 m, LPP
12.00, B = 4.00 m, H = 1.64 m, T = 0.9 m.
2.
Hasil
perhitungan hambatan dengan analisa Hullspeed
dengan kecepatan penuh V = 8 knot (efisiensi 35%) didapatkan nilai resisten dan power dengan metode Van Oortmeersen. Nilai resisten yang dialami kapal sebesar 7.31 kN dan power sebesar 115.19 HP. Dari hasil
tersebut, maka dipilihlah motor penggerak berupa mesin (onboard) sebanyak satu buah dengan power sebesar 120 Hp (Type Model 4-cycle, vertical, natural aspirated, water cooled diesel engine) merk yanmar type 6CH3. Hasil perhitungan
hidrostatik , kapal displacement
=25.067 ton, Cb = 0.51 ,
LCB = 6.588 m (dari FP). Hasil analisa
stabilitas menunjukkan bahwa kapal dengan nilai MG terbesar
terjadi pada kondisi II (Kondisi ini merupakan
kondisi meninggalkan tempat sandar dimana muatan 0% , kebutuhan bahan bakar
sudah di isi penuh) yang menyebabkan kapal
memiliki waktu tercepat untuk kembali ke posisi tegak. Sedangkan nilai MG
terkecil terjadi pada kondisi III (Kondisi
ketiga diasumsikan pada saat kapal
sampai ditempat
sandar, muatan yang diangkut sebesar 80% (muatan penuh) dengan bahan bakar yang tersisa 10% yang menyebabkan kapal memiliki waktu paling
lambat untuk kembali ke posisi tegak dibandingkan pada kondisi lain. Untuk menganalisa olah gerak kapal, penulis menggunakan tipe Slight
water karena kondisi perairan waduk cengklik merupakan perairan tenang dengan
spesifikasi tinggi gelombang 0,5 m dan periode gelombang 7,5 s. Dan didapatkan hasil bahwa kapal pembersih gulma air ini mempunyai olah gerak yang baik pada semua
kondisi dan semua sudut heading. Hal
ini terbukti tidak terjadinya deck
wetness atau masuknya air ke dalam dek kapal.
3. Rancangan conveyor
Kapal pembersih gulma air dengan kecepatan 8 knot dapat menempuh jarak
dengan panjang 1693 m dan lebar 750 m memerlukan waktu 3024,70 menit. Kecepatan
belt conveyor sendiri 1,194 m/detik dan daya motor conveyor sebesar 0,469 KW.
Berikut ini rancanganya :
5.2.
Saran
Karya Tulis yang disusun penulis ini masih mempunyai keterbatasan dan kekurangan. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan Karya Tulis ini dapat dikembangkan lagi secara
mendalam dengan kajian yang lebih lengkap.Adapun saran penulis untuk penelitian lebih lanjut (future research) antara lain :
1. Adanya penelitian untuk menganalisa secara
teknis misal kekuatan, getaran yang disebabkan oleh kapal dan secara ekonomis
untuk biaya perawatan kapal.
2. Memperluas kajian pembahasan, misalnya
dengan menambahkan panel surya sebagai tenaga pembantu sehingga menghemat
menghemat bahan bakar.
3.
Sebaiknya
penelitian ini tidak hanya dilakukan dikawasan obyek wisata waduk cengklik di kabupaten Boyolali, karena masih banyak
daerah lain di Indonesia yang memiliki kondisi perairan yang sangat mendukung.