PROSES PEMBANGUNAN KAPAL
2 PRODUKSI
A. PERSIAPAN PRODUKSI
Tahap persiapan produksi merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengatur keadaan-keadaan sehingga pada waktu yang ditentukan pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan ditetapkan. Ruang lingkup tahap ini yaitu :
- Dokumen produksi (umum) yang meliputi gambar dan daftar material, perkiraan kebutuhan tenaga kerja, dan perkiraan kebutuhan material.
- Tenaga kerja yang kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga kerja dan pekerjaan lain.
- Material yang perlu dipersiapkan dengan mempertimbangkan : keadaan atau stock gudang, pemakaian material untuk pekerjaan, pemesanan/pembelian material dari luar (jumlah dan waktu pembelian).
- Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel produksi, kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia (jumlah , kapasitas, macam dan tempat ), keadaan building berth.
Pada tahap ini, untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang ditentukan sesuai dengan kontrak/pesanan diterjemahkan dalam bentuk:
a. Rancangan dasar, meliputi :
1. Rencana garis (Lines plan)
2. Rencana umum (General arrangement)
3. Penampang melintang dan konstruksi profil (Midship section)
4. Bukaan kulit (Shell expansion).
b. Rancangan rinci, meliputi :
1. Konstruksi block termasuk sambungan-sambungannya.
2. Gambar perintah kerja, seperti : eye plate position, welding procedure, welding table, cathodic protection arrangement dan lain-lain.
3. Gambar detail untuk pekerjaan out fitting, seperti : konstruksi manhole/deksel, tangga akomodasi, pondasi windlass, bollard, towing bracket, pondasi chain stopper dan sebagainya.
4. Gambar detail untuk erection yaitu keel laying position.
5. Gambar detail peluncuran , seperti : situation building, standing & sliding way, plat pengikat peluncuran dan sebagainya.
6. dan lain-lain.
Pekerjaan selanjutnya adalah planning yang merupakan pembuatan rencana produksi yang terdiri dari :
a. Pembuatan schedule, pembangunan ( penjadwalan tiap tahap dan keseluruhan).
b. Alokasi standar kerja ( kebutuhan dan kualitas tenaga kerja ).
c. Perkiraan peralatan yang dibutuhkan subkontraktor.
B. Mould Loft
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan gambar produksi ke ukuran yang sebenarnya. Namun karena perkembangan zaman penggambaran ini bisa diganti dengan gambar produksi yang dibuat dengan menggunakan software dengan skala yang diperlukan
C. FABRIKASI
Hal-hal yang harus dilakukan dalam tahapan ini diantaranya :
¨ Identifikasi material
Sebelum dilakukan identifikasi material ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain :
§ Kondisi permukaan pelat yang diidentifikasi harus sudah dishop primer.
§ Rata, tidak berlubang-lubang atau laminasi bila ada masih masuk standar.
§ Pelat tersebut akan digunakan sebagai komponen kapal
Hal yang dilakukan dalam identifikasi material adalah pengecekan material apakah sudah sesuai standart atau belum. Material yang dipesan harus dicocokkan dengan sertifikatnya mengenai ukurannya ( panjang, lebar, dan tebalnya) Apabila tidak memenuhi standart atau ada cacat, material tersebut bisa dikembalikan atau ditukar.
¨ Marking
Marking adalah pemberian tanda kerja pada material. Karena tepi-tepi material tidak siku maka material tersebut harus disikukan terlebih dahulu dengan cara membuat garis siku pada tepi material dengan bantuan rumus phytagoras. Dengan panjang dan lebar berkelipatan 3 dan 4 sehingga sisi miringnya berkelipatan 5. Dengan kelipatan 3 untuk bagian lebar pelat dan yang berkelipatan 4 untuk bagian panjang pelat. Setelah itu diukur diagonal-diagonalnya, perbedaan maksimal antara diagonal kiri dan kanan maksimum 3 mm. Apabila telah memenuhi, maka pelat tersebut dianggap siku. Setelah itu material diberi tanda sesuai dengan gambar pada nest drawing. Pada nest drawing hanya menunjukkan gambar keseluruhan untuk suatu komponen konstruksi. Untuk bagian-bagian dan ukuran-ukuran yang ada pada komponen tersebut bisa dilihat pada gambar piece drawing. Untuk detail jumlah dari bagian-bagian yang akan dibuat bisa dilihat pada marking list. Marking list adalah suatu tabel yang berisi tentang daftar gambar komponen-komponen konstruksi. Dalam proses marking ada beberapa cara, yaitu :
1. Low – Ma
Artinya marking pada bagian bawah material
2. Up – Ma
Marking pada bagian atas
3. In – Ma
Marking pada bagian dalam
4. Out – Ma
Marking pada bagian luar
5. Fore – Ma
Marking pada bagian depan
6. After – Ma
Marking pada bagian belakang
Disini semua yang menjadi acuan adalah posisi kapal sendiri. Seperti low-ma, itu berarti yang dimarking adalah bagian bawah pelat, jika pelat itu dipakai seperti pelat geladak, berarti yang markingnya dibagian bawahnya. Cara-cara tersebut dibedakan berdasarkan dimana bagian tersebut akan ditempatkan.
Gambar 3.2.1 Proses Marking
¨ Cutting
Pemotongan pelat pada tahap fabrikasi merupakan tahap pengerjaan awal material yang bisa menimbulkan variasi ukuran hasil produksi sehingga perlu dilakukan pemeriksaan. Item yang perlu diperiksa :
· Ukuran panjang dan lebar
· Diagonal, bentuknya
· Tanda-tanda lambung/kode penempatan komponen
· Tepi komponen yang bebas, tidak boleh ada kerak pemotong
· Tepi dan sudut bevel
· Tepi bevel komponen tidak boleh ada takik
· Arah sudut bevel dan lain-lain
Proses cutting itu sendiri dikerjakan secara manual dan otomatis. Secara manual dikerjakan dengan alat yang disebut brander potong, sedangkan secara otomatis dikerjakan dengan menggunakan mesin yang cara kerjanya dengan sistem koordinat.
Gambar 3.2.2 Mesin Cutting CNC
¨ Forming
Pada beberapa konstruksi kapal terdapat bagian yang berbentuk lengkungan. Untuk mendapatkan konstruksi bagian yang melengkung tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan:
a. Cara dingin, yaitu dengan menggunakan mesin press untuk melakukan penekanan
b. Cara panas, yaitu dengan memakai panas api gas acetylen yang disemburkan secara line heating, spot heating, atau keduanya.
Dalam melakukan pembendingan dibantu dengan menggunakan rambu bending. Rambu bending ini berfungsi sebagai alat pemeriksa apakah hasil pembendingan atau bentukan tadi sudah sesuai dengan yang diharapkan. Untuk pengerjaan ini juga harus dilakukan sesuai dengan marking yang sudah diberikan.Pelat yang sudah dipotong sebagian ada yang memerlukan proses pembentukan, di mana pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :
Ø Proses dingin (menggunakan mesin bending)
Ø Proses panas/fairing (pemanasan dengan blander, setelah pelat memerah karena panas lalu ditekuk)
Pemeriksaan apakah hasil pembentukan sudah sesuai dengan informasi dari marking. Material pelat diperiksa dengan rambu bending (kayu) dengan cara menempatkan rambu kayu di atas pelat yang telah dibentuk, kemudian dicocokkan tanda marking pelat dengan tanda marking rambu dan harus segaris yaitu $ dengan tanda $. Tanda marking sudut dari tiap-tiap rambu harus diperhatikan, sudut kemiringannya berapa derajat ke arah fore/after. WL denganWL, C dengan C. Pemasangan rambu pada tiap garis gading dapat memakai bantuan jig penahan untuk menyangga rambu agar berdiri dengan tegak. Penempatan rambu pada tiap gading harus segaris dengan tanda marking pada pelat. Tepi pelat harus lurus atau searah
Gambar 3.2.3 Pelat yang telah di-bending
Masalah-masalah yang sering timbul
Proses fairing yang dilakukan dengan blander pemanas tidak dilakukan dengan pengecekan suhu material saat dipanaskan. Material yang dipanaskan dibiarkan sampai memerah baru kemudian ditarik lagi. Saat memerah ini, kemungkinan besar material telah mencapai temperatur AC1 yaitu temperatur di mana struktur material tersebut telah mulai berubah dan biasanya berubah menjadi martensit (menjadi lebih brittle). Kondisi ini diperparah, karena pada saat itu, material ditekuk. Hasil dari proses fairing ini beresiko tinggi mengalami penurunan mechanical properties. Sangat berbahaya bila material yang telah difairing ini digunakan untuk bagian konstruksi yang menerima beban langsung dan berat seperti kantilever dan lain-lain.
¨ Fitting Fabrication
Adalah penyetelan material-material yang akan digabungkan, misalnya penyetelan antara pembujur dengan pelat, dll
¨ Welding Fabrication
Penyambungan bagian-bagian yang telah dipasang dengan cara pengelasan. Sebelum itu pada material yang akan digabung dipasang stoper yang berfungsi untuk mencegah deformasi. Ada 3 pengelasan yang digunakan pada PT. Jasa Marina Indah yaitu :
1. SMAW ( Shield Metal Arc Welding )
Pengelasan ini menggunakan electroda batangan yang juga berfungsi sebagai shielding ( pelindung ). Shield ini berasal dari dekomposisi electode flux coating. Fungsi dari pelindung ini adalah untuk mencegah Weld terkontaminasi dengan udara luar. Electrode pada SMAW bisa dioperasikan pada arus AC, DCEP, dan DCEN. Pengelasan ini bisa digunakan untuk semua posisi, dan bisa digunakan untuk ketebalan pelat yang bermacam-macam. Namun tidak efektif apabila digunakan untuk penyambungan yang relatif panjang, selain itu juga harus ada perlakuan khusus apabila elektrodenya menggunakan low hidrogen. Elektrode low hidrogen harus di open terlebih dahulu sebelum digunakan.
Gambar 3.2.4 Elektroda Las SMAW
2. FCAW ( Flux Core Arc Welding )
Pengelasannya menggunakan electrode roll, electrodenya terdiri dari filler metal yang dilapisi oleh flux. Flux ini nantinya akan membentuk slag yang berfungsi melindungi Weld metal dari pengaruh udara luar. Dengan adanya slag ini coolling rate dari Weld metal semakin tinggi sehingga sifat dari sambungan lasnya menjadi ductile. Pada alatnya terdapat tabung yang berisi gas argón, karbondioksida atau campuran antara keduanya. Gas ini berfungsi sebagai penyeimbang dari busur lasnya dan juga memberikan mechanical properties yang bagus pada akhir pengelasan. Pengelasn ini bisa dilakukan untuk semua posisi.
Gambar 3.2.5 Mesin Las FCAW
3. SAW ( Submerge Arc Welding )
Digunakan untuk penyambungan pelat yang panjang, karena pengelasan SAW bekerja semi automatis. Electrodenya hampir sama dengan pengelasan FCAW, namun pada pengelasan ini shielding atau pelindungnya menggunakan pasir. Fungsi dari pasir ini adalah untuk melindungi Weld metal agar tidak terkontaminasi dengan udara luar dan juga agar coolling rate dari sambungan lasnya tinggi sehingga menghasilkan sambungan las yang bersifat ductile. Pasir yang digunakan adalah pasir kwarsa. Pelat yang akan disambung tidak perlu di bevel.
Gambar 3.2.6 Mesin Las SAW Gambar 3.2.7 Pasir kwarsa untuk SAW
Gambar 3.2.8 Hasil las SAW
Setiap proses pada akhir pengerjaan diperiksa oleh QC, dan apabil;a telah memenuhi bisa dilanjutkan ke langkah berikutnya.
D. ASSEMBLY
Sebelum dilakukan proses assembly, hasil dari pekerjaan fabrikasi diperlukan untuk pengecekan baik bentuk maupun ukuran serta tandanya yang berguna untuk mengurangi kesalahan dalam pekerjaan assembly. Pada tahap ini, panel yang akan dibentuk diletakkan diatas jig dan dikerjakan secara terbalik untuk mengurangi pengelasan overhead yang dapat berakibat incomplete penetration.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
· Penyambungan pelat
· Pemasangan stiffeners
· Merakit floor
· Pemasangan face plates
· Merakit web frames
Pada tahap ini, komponen-komponen pelat yang sudah diselesaikan di fabrikasi dirakit sesuai dengan letal dan urutannya, dari seksi menjadi bagian misalnya:
· Bottom terdiri dari portside, center dan starboard.
· Transverse bulkhead terdiri dari portside dan starboard
· Side shell terdiri dari portside dan starboard
· Deck terdiri dari portside,center dan starboard
Dalam pengerjaan menggunakan metode panel dengan urutan sebagai berikut:
· Penyambungan butt joint antara pelat dengan pelat dengan menggunakan SAW
· Pemasangan pembujur pada pelat dengan pengelasan tertutup
· Pemasangan pelintang dengan pengelasan menerus
· Pengelasan potongan pelat pada scallop dan pembujur.
Selanjutnya panel-panel ini dikerjakan dan disambung satu sama lain menjadi bagian yang lebih besar, yang disebut seksi blok.
Gambar 3.2.9 Proses Assembly
Untuk galangan yang menggunakan metode blok, maka pada tahap assembly sudah dikerjakan penyambungan seksi-seksi blok menjadi blok. Karena pada galangan ini menggunakan metode block, maka tiap-tiap seksi block digabung pada tahap ini.
¨ Fitting Assembly
Dimensi dan kelengkapan konstruksi sesuai dengan gambar kerja. Hal-hal yang harus diperhatikan :
§ Penyimpangan dimensi tidak boleh melebihi batas toleransi yang ada di class
§ Apabila ada penyimpangan pemasangan dan jumlahnya banyak, maka harus dibuat NCR sheet.
§ Bila ada kejanggalan konstruksi meskipun sudah sesuai drawing agar dibuatkan CA sheet ke design.
Data-data yang didapatkan dalam pemeriksaan dimasukkan dalam QC check sheet struktural setelah diisi dulu oleh QC bengkel.
¨ Persiapan Pengelasan
Dalam persiapan ini yang dilakukan antara ain :
1. Memeriksa kampuh las apakah sudah sesuai dengan standar, WPS, welding detail dan prosedur.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada setiap kampuh las yaitu
§ Metode pengelasan
§ Besarnya gap
§ Kekasaran dan takik pada alur las
§ Kelurusan (alignment)
§ Bentuk bevel sesuai sesuai WPS
§ Bersih dari kotoran, air atau minyak
3. Beberapa standar sambungan yang perlu diperhatikan antara lain :
§ Misalinement/ketidaklurusan
§ Takik/kekasaran kampuh, roughness/kekasaran
Selanjutnya hasil pemeriksaan dicatat dalam QC check sheet.
¨ Welding Chek
Hal-hal yang harus diperiksa adalah :
1. Daerah las harus bersih dari kerak,kotoran dan air agar cacat las bisa terlihat
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan las
o Besar leg length
o Tinggi reinforcement untuk las butt
o Under cut
o Ketinggalan las, retak, porosity, spatter, bekas stoper, dan round weld
3. Hasil pemeriksaan dicatat dalam QC check sheet.
¨ Deformasi
1. Pemeriksaan dengan cara membentangkan benang,kemudian ukur jarak antar pelat terluar dengan benang terdalam dan didapat besarnya deformasi pelat.
2. Pengukuran dilakukan sesuai aturan untuk tiap posisi sebagai berikut :
¨ Deformasi pelat antar gading-gading
¨ Deformasi gading antara gading besar
¨ Deformasi antara komponen-komponen lain
¨ Deformasi pada joint plate
3. Memberi tanda pada obyek pemeriksaan deformasi yang melebihi standar.
Setelah pemeriksaan data deformasi yang didapat dicatat pada QC check sheet
¨ Ketepatan ukuran
Sebelum melakukan pemeriksaan ketepatan ukuran perlu mempersiapkan alat-alat ukur yang dipakai harus terkalibrasi. Selain itu juga menyiapkan inspection record yang dibuat oleh desain bersama dengan drawing. Hasil pengukuran dibandingkan dengan block sebelumnya yang sudah diukur. Pengukuran block dilakukan oleh tim accuracy control dan bengkel sementara QC akan menyaksikan saat pengukuran. Tim accuracy juga melakukan pengukuran saat erection yaitu keel deflection dan dimensi kapal. Pengukuran block sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah pengelasan. Bila menemukan bentuk block yang salah segera dilaporkan dan diusahakan perbaikannya saat diassembly jangan saat di erection karena akan memakan material, jam orang dan waktu yang lebih banyak disamping mutunya lebih jelek. Hasil pengukuran dicatat pada QC check sheet.
¨ Block blasting dan pengecatan
Pemeriksaan pada tahap ini meliputi 3 tahap yaitu :
1. pemeriksaan tahap persiapan
¨ Temperatur pelat yang akan dicat disesuaikan dengan data teknis dari merk dan jenis cat
¨ Pelat harus bebas dari debu, pasir dan kotoran
¨ Standar kekasaran permukaan harus sesuai dengan spesifikasi
2. pemeriksaan tahap pengecatan
¨ kelembaban udara sebelum dan saat pengecatan
¨ temperatur basah dan kering dari udara
¨ temperatur pelat/material
3. pemeriksaan hasil pengecatan
¨ ketebalan cat pada tiap lapisan baik kondisi basah/kering
¨ cacat yang ditemukan harus diberi tanda pada obyek
¨ perbaikan cacat cat harus sesuai dengan petunjuk teknis dari spesifikasi jenis cat
Pemeriksaan dilakukan pada tiap lapisan dan untuk daerah tangki pada lasan diberi selotip. Data pemeriksaan dicatat pada QC check sheet.
Gambar 3.2.10 Alat Blasting
Gambar 3.2.11 Proses blasting
Masalah-masalah yang sering timbul :
1. Sering terjadi misalinement pada saat pengefittan.
Penanganan :
a. Perbaikan dengan cara pemutusan tack weld dengan blander pemotong atau gouging
b. Setelah itu pengetackan diulang dan sebagian material yang akan disambungkan di tanggem.
c. Lalu pengelasan dilakukan dengan tanggem dipasang untuk meluruskan bagian yang tidak lurus.
2. Banyak terjadi slag inclusion
Penanganan :
a. Weld metal digerinda
b. Dilakukan pengelasan ulang
3. Hasil pengelasan overhead dan vertikal kurang bagus karena ampere yang tidak dikecilkan setelah melakukan pengelasan flat. Meskipun hal ini telah disiasati oleh welder dengan melakukan las sentuh, hasil pengelasan tetap terlihat kurang bagus.
4. Perlengkapan keamanan yang dikenakan pekerja kurang memenuhi persyaratan K3.
5. Banyak terjadi round weld yang malah mengurangi logam induk.
Penanganan :
a. weld metal digerinda
b. pengelasan ulang
6. Logam induk di sekitar weld joint, ada yang termakan oleh elektrode sehingga mengalami pengurangan tebal. Cara penanganan dengan dilas.
7. Banyaknya slag yang belum dibersihkan padahal bagian tersebut telah mengalami proses produksi selanjutnya seperti pengecatan. Hal ini malah pembuatan waktu produksi dan material terbuang sia-sia, karena perbaikannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan adanya cat yang terbuang.
8. Pemasangan stopper banyak yang melintang sehingga alur berdeformasi hanya terdapat dalam dua arah (mudah menimbulkan crack). Pemasangan stopper yang benar adalah membentuk sudut 60 derajat terhadap edge joint (alur deformasi lebih luas).
E. Erection
Tahap ini merupakan penyambungan seksi/blok kapal yang telah selesai dikerjakan pada tahap assembly, misalnya untuk pembangunan dengan metode seksi adalah, seksi blok dasar, seksi blok lambung, seksi blok sekat melintang dan, seksi blok deck, sesuai dengan letaknya sehingga terbentuk badan papal. Jenis pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Loading
Pekerjaan yang dilakukan yaitu pengangkatan atau pemindahan seksi blok yang sudah ada di building berth dengan bantuan crane.
b. Adjusting
Meletakkan seksi blok pada keel blok dan side blok yang telah diatur sesuai dengan marking dok serta mengatur paju pada keel blok dan side blok yang kurang tepat agar seksi blok tersebut tidak bergerak dan untuk kelurusan antar seksi blok.
c. Fitting
Pekerjaan fitting yaitu meletakkan seksi blok sesuai pada tempatnya, kemudian dilakukan las ikat atau memasang pelat setrip agar seksi tersebut tidak bergeser sehingga benar-benar siap untuk dilakukan pengelasan.
d. Welding
Sebelum dilakukan pengelasan penuh, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan ketepatan usuran dan bentuk serta kelurusan dan kedataran seksi blok oleh pihak Quality Assurance dan class. Dan jira sudah tidak ada masalah, maka dilakukan pengelasan denga metode dan urutan pengelasan yang sesuai. Setelah pengelasan selesai, dilakukan pemeriksaan terhadap hasil pengelasan tersebut, agar produk kapal sesuai dengan standar mutu yang telah disepakati.
e. Finishing
Pekerjaan finishing yaitu menghilangkan cacat-cacat baik karena deformasi sebelum maupun akibat pengelasan pelat pengikat atau pengelasan pelat.
Pada tahap erection ini juga dilakukan pekerjaan outfitting mulai dari outfitting pada seksi blok dasar sampai membentuk badan kapal.
Gambar 3.2.12 Proses Erection
III.3 PENGAWASAN PRODUKSI KAPAL
Pada setiap proses produksi kapal di suatu galangan, pelaksanaan pengawasan produksi Sangat berpengaruh besar terhadap output yang dihasilkan dalam pembangunan kapal tersebut. Dengan adanya pengawasan pada pada proses produksi kapal, pemenuhan kualitas produk berdasarkan stándar kualitas yang telah disepakati akan lebih terjamin. Pengawasan yang dilakukan merupakan tindakan pencegahan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada proses produksi yang pada akhirnya akan menekan biaya produksi dan meningkatkan mutu produksi.
Pengawasan dilakukukan mulai dari perencanaan, proses produksi, sampai dengan performance hasil produksi tersebut. Sehingga penyimpangan dari estándar kualitas maupun spesifikasi kapal dapat dihindari lebih awal dan apabila terjadi kesalahan dapat segera diperbaiki dengan prosedur yang diijinkan. Dengan demikian biaya dan waktu produksi dapat ditekan serta kualitas produksi dapat lebih terjamin.
Dalam pelaksanaan pengawasan produksi, pengawasan dan pemeriksaan ketepatan dilakukan tiap hari menurut jadwal yang telah ditentukan oleh pihak yang terkait dalam pemerikasaan tersebut yaitu jadwal pembangunan kapal dengan kegiatan pokok mengadakan pemeriksaan, pengukuran dan pencatatan data hasil pengukuran.
Pemeriksaan secara langsung kualitas hasil pekerjaan pada setiap proses dilakukan secara insentif checker, QA/QC dan manager proyek. Peranan surveyor klasifikasi dan owner surveyor dalam pengawasan dan kendali mutu adalah untuk mengadakan kualitas hasil pekerjaan sehingga mutu kapal tersebut tidak menyimpang dari standar mutu dan spesifikasi yang telah disepakati.
Tempat-tempat yang perlu diperiksa dapat langsung diketahui melalui lembar periksa (check sheet) yang diterima dari QA/QC. Untuk tiap tahap pengerjaan item-item yang perlu pengawasan dan pemerikasaan adalah sebagai berikut :