silsilahi slam
seutuhnya Sisilia ke tangan umat Islam, justeru menjadi berkah bagi Eropa. Ketika Eropa sedang berada di abad pertengahan yang oleh mereka sendiri disebut dengan era kegelapan, peradaban Islam sedang berada di puncak masa keemasannya.
(Edisi Bahasa Indonesia)
Kekuasaan di Eropa memang telah berakhir, namun jejak kejayaan peradaban besar Islam hingga saat ini masih ditemukan di berbagai negeri di benua itu. Sisilia, sebuah pulau terbesar di Laut Tengah dengan luas wilayah 25.703 km² adalah sebuah daerah otonomi Italia bagian selatan, dengan ibukota Palermo. Tahukah Anda bahwa Sisilia ternyata menyimpan banyak kenangan dan peninggalan dari peradaban besar Islam?
Letaknya yang berdekatan dengan Tunisia di utara Afrika menjadikan daerah ini sebagai salah satu pintu penghubung utama dunia Islam dengan Eropa. Menurut sejarah, dari sinilah ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh umat Islam masuk ke Eropa. Sisilia (atau orang Italia menulisnya Sicilia) pernah menjadi salah satu bagian dari wilayah peradaban Islam. Penjelajah Arab terkemuka bernama Ibnu Hawqal dalam kitab Al-Masalik wal Mamalik menyebut Palermo, ibukota Sisilia, sebagai kota dengan 300 masjid. Ia juga menceritakan kehebatan sebuah pusat perguruan tinggi Islam di kota itu saat berkunjung ke sana (tahun 927 Masehi).
Berada di bawah panji kekuasaan Islam, Sisilia berkembang dengan pesat dan berubah menjadi pusat peradaban dan perniagaan. Sisilia masuk ke wilayah kekuasaan Islam setelah pasukan Dinasti Aghlabid yang berkuasa di utara Afrika mengalahkan pasukan Bizantium tahun 827 Masehi. Antara dinasti Aghlabid dan kerajaan Bizantium terjadi pertemuan demi pertempuran. Berhasil menjejakkan kaki di pulau Sisilia, satu persatu kota di pulau itu berhasil direbut. Palermo, sebagai kota terpenting ditaklukkan tahun 831. tahun 859, Sisilia secara panuh jatuh ke tangan Dinasti Aghlabid yang muslim.
Jatuhnya Sisilia ke tangan umat Islam, justeru menjadi berkah bagi Eropa. Ketika Eropa sedang berada di abad pertengahan yang oleh mereka sendiri disebut dengan era kegelapan, peradaban Islam sedang berada di puncak masa keemasannya. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat dan pembangunan disaksikan di mana-mana. Sisilia juga kebagian. Melalui negeri ini, ilmu pengetahuan dan sains mengalir dari dunia Islam ke Eropa. Transfer ilmu pengetahuan Islam ke Eropa ini mulai dilakukan oleh Frederick II (1194 M - 1250 M) yang berkuasa di Sicilia. Frederick yang beragama Kristen sangat terpengaruh oleh ajaran dan kebudayaan Islam. Ketika berkuasa, raja ini mendirikan University of Naples pada tahun 1224 M, yang merupakan Universitas Pertama di Eropa dengan menggunakan sistem pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi Islam.
Di sisi ekonomi, masa kekuasaan Islam di Sisila mengawali sebuah revolusi perdagangan di Eropa. Kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi dirasakan oleh masyarakat di sana. Akhir abad ke-10 M, sejarawan bernama Udovitch menjelaskan betapa Sicilia telah menjelma menjadi pusat perdagangan di Mediterania. Kawasan itu bersama Tunisia menjadi persimpangan rute perdagangan. Posisinya yang berdekatan dengan Tunisia menjadikannya pintu bagi rute perdagangan antara Afrika utara dan Eropa.
Meski secara administratif berada di bawah kekuasaan Islam, namun tidak ada paksaan dari pihak penguasa kepada rakyat untuk memeluk agama Islam. Di bawah payung kekuasaan Islam, berbagai etnis hidup berdampingan di negeri itu. Ada etnis Sisilia, Arab, Yahudi, Barbar, Persia, Tartar, dan Afrika Hitam yang berbaur menjadi satu dalam toleransi dan keharmonisan. Tak ada pembantaian terhadap penduduk yang beragama Nasrani. Mereka yang beragama Nasrani dilindungi dan bebas menjalankan aktivitas keagamaannya. Penguasa Muslim hanya memungut pajak yang dinamakan jizyah dari warga Kristen dan Yahudi untuk memperoleh hak kepemilikan dan perlindungan dari pemerintah Muslim. Setelah Kordoba, Sisilia di zaman itu adalah negeri paling makmur di wilayah Eropa.
Setelah dikuasai oleh Dinasti Aghlabid, Sisilia jatuh ke tangan Dinasti Fatimiyah. Namun hanya selang beberapa dasawarsa wilayah ini lepas dari pemerintahan pusat Fatimiyah di Mesir. Saat itulah terjadi perebutan kekuasaan yang memperlemah kekuatan Islam di Sisilia. Sehingga akhirnya pada tahun 1061, negeri di selatan Italia ini lepas dari kekuasaan Islam. Meski demikian, sisa-sisa peninggalan dari peradaban besar itu masih bisa disaksikan di sana. (taghrib/dari berbagai sumber)
(Edisi Bahasa Indonesia)
Kekuasaan di Eropa memang telah berakhir, namun jejak kejayaan peradaban besar Islam hingga saat ini masih ditemukan di berbagai negeri di benua itu. Sisilia, sebuah pulau terbesar di Laut Tengah dengan luas wilayah 25.703 km² adalah sebuah daerah otonomi Italia bagian selatan, dengan ibukota Palermo. Tahukah Anda bahwa Sisilia ternyata menyimpan banyak kenangan dan peninggalan dari peradaban besar Islam?
Letaknya yang berdekatan dengan Tunisia di utara Afrika menjadikan daerah ini sebagai salah satu pintu penghubung utama dunia Islam dengan Eropa. Menurut sejarah, dari sinilah ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh umat Islam masuk ke Eropa. Sisilia (atau orang Italia menulisnya Sicilia) pernah menjadi salah satu bagian dari wilayah peradaban Islam. Penjelajah Arab terkemuka bernama Ibnu Hawqal dalam kitab Al-Masalik wal Mamalik menyebut Palermo, ibukota Sisilia, sebagai kota dengan 300 masjid. Ia juga menceritakan kehebatan sebuah pusat perguruan tinggi Islam di kota itu saat berkunjung ke sana (tahun 927 Masehi).
Berada di bawah panji kekuasaan Islam, Sisilia berkembang dengan pesat dan berubah menjadi pusat peradaban dan perniagaan. Sisilia masuk ke wilayah kekuasaan Islam setelah pasukan Dinasti Aghlabid yang berkuasa di utara Afrika mengalahkan pasukan Bizantium tahun 827 Masehi. Antara dinasti Aghlabid dan kerajaan Bizantium terjadi pertemuan demi pertempuran. Berhasil menjejakkan kaki di pulau Sisilia, satu persatu kota di pulau itu berhasil direbut. Palermo, sebagai kota terpenting ditaklukkan tahun 831. tahun 859, Sisilia secara panuh jatuh ke tangan Dinasti Aghlabid yang muslim.
Jatuhnya Sisilia ke tangan umat Islam, justeru menjadi berkah bagi Eropa. Ketika Eropa sedang berada di abad pertengahan yang oleh mereka sendiri disebut dengan era kegelapan, peradaban Islam sedang berada di puncak masa keemasannya. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat dan pembangunan disaksikan di mana-mana. Sisilia juga kebagian. Melalui negeri ini, ilmu pengetahuan dan sains mengalir dari dunia Islam ke Eropa. Transfer ilmu pengetahuan Islam ke Eropa ini mulai dilakukan oleh Frederick II (1194 M - 1250 M) yang berkuasa di Sicilia. Frederick yang beragama Kristen sangat terpengaruh oleh ajaran dan kebudayaan Islam. Ketika berkuasa, raja ini mendirikan University of Naples pada tahun 1224 M, yang merupakan Universitas Pertama di Eropa dengan menggunakan sistem pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi Islam.
Di sisi ekonomi, masa kekuasaan Islam di Sisila mengawali sebuah revolusi perdagangan di Eropa. Kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi dirasakan oleh masyarakat di sana. Akhir abad ke-10 M, sejarawan bernama Udovitch menjelaskan betapa Sicilia telah menjelma menjadi pusat perdagangan di Mediterania. Kawasan itu bersama Tunisia menjadi persimpangan rute perdagangan. Posisinya yang berdekatan dengan Tunisia menjadikannya pintu bagi rute perdagangan antara Afrika utara dan Eropa.
Meski secara administratif berada di bawah kekuasaan Islam, namun tidak ada paksaan dari pihak penguasa kepada rakyat untuk memeluk agama Islam. Di bawah payung kekuasaan Islam, berbagai etnis hidup berdampingan di negeri itu. Ada etnis Sisilia, Arab, Yahudi, Barbar, Persia, Tartar, dan Afrika Hitam yang berbaur menjadi satu dalam toleransi dan keharmonisan. Tak ada pembantaian terhadap penduduk yang beragama Nasrani. Mereka yang beragama Nasrani dilindungi dan bebas menjalankan aktivitas keagamaannya. Penguasa Muslim hanya memungut pajak yang dinamakan jizyah dari warga Kristen dan Yahudi untuk memperoleh hak kepemilikan dan perlindungan dari pemerintah Muslim. Setelah Kordoba, Sisilia di zaman itu adalah negeri paling makmur di wilayah Eropa.
Setelah dikuasai oleh Dinasti Aghlabid, Sisilia jatuh ke tangan Dinasti Fatimiyah. Namun hanya selang beberapa dasawarsa wilayah ini lepas dari pemerintahan pusat Fatimiyah di Mesir. Saat itulah terjadi perebutan kekuasaan yang memperlemah kekuatan Islam di Sisilia. Sehingga akhirnya pada tahun 1061, negeri di selatan Italia ini lepas dari kekuasaan Islam. Meski demikian, sisa-sisa peninggalan dari peradaban besar itu masih bisa disaksikan di sana. (taghrib/dari berbagai sumber)