PENGERJAAN REPARASI KAPAL
1. Pembersihan dan Pengecatan Badan Kapal
a. Pembersihan Badan Kapal
Sebelum dilakukan reparasi badan kapal dibersihkan dulu dari binatang dan tumbuhan laut yang menempel pada pelat badan kapal. Peralatan yang digunakan antara lain : sekrap besar dan kecil, tangga kayu, unit blasting, pasir blasting, air tawar. Pembersihan dimulai dengan mensekrap sampai binatang dan tumbuhan laut terlepas dari pelat badan kapal. Dilanjutkan dengan sandblasting kemudian dibersihkan dengan menyemprotkan air tawar dan dikeringkan.
§ Blasting
Blasting merupakan suatu metode pembersihan permukaan benda kerja dengan cara menyemprotkan pasir (steel grade) bertekanan tinggi ke benda kerja.
Jenis-jenis pasir yang digunakan adalah :
- Pasir silika / kwarsa : Satu kali pakai
- Steel great : Bisa dipakai berulang-ulang
- Overslag : bisa dipakai 2 kali, yang pertama untuk menghilangkan cat sedangkan yang kedua untuk meratakan.
- Streal plate
Alat-alat utama yang digunakan untuk blasting adalah:
1. Compressor sebagai media utama untuk penekanan udara.
2. Tandon angin sebagai tempat untuk penyimpanan angin.
3. Separator sebagai alat untuk menyaring udara dari minyak dan air
4. Pot Blast sebagai tangki untuk menyimpan pasir (steel grade)
5. Selang Blasting (blast hawse)
6. Nozle.
Sedangkan tools pendukung lain yakni:
1. Valve (katub-katub)
2. Holder (Ditempatkan antara nozzle dan blast hose)
3. T - Pipe (pencampuran angin dengan pasir)
4. Kopling (sambungan selang)
Alat keselamatan kerja untuk proses blasting adalah
1. APD (Alat Pelindung Diri) standart
2. Respirator (alat Bantu pernafasan)
3. Depment valve (katub yang dioperasikan langsung oleh blaster)
Gambar 4.6.1 Proses Blasting
b. Pengecatan Badan Kapal.
Pengecatan badan kapal dapat dilakukan dengan kuas cat, roller maupun unit semprot cat sesuai dengan tingkat daerah kesulitan pengecatan. Jenis cat yang digunakan adalah : cat dasar, cat AC ( anti corrosive/anti karat ) dan cat AF ( anti folling/anti binatang atau tumbuhan laut ). Pengecatan dilakukan setelah badan kapal selesai diblasting. Sebelum dicat, badan kapal harus benar-benar bersih dari debu atau sejenisnya. Karena apabila masih ada debu yang menempel kemudian dicat akan menimbulkan kondensasi yang lama kelamaan akan menyebabkan munculnya blistering ( lubang-lubang kecil karena catnya terkelupas ). Badan kapal dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian bottom ( bagian yang tercelup air), bottop, dan bagian top side. Urutan pengerjaan coating pada masing – masing bagian berbeda-beda.
Untuk bagian bottom urutannya, yaitu :
- Pembersihan binatang laut yang menempel pada badan kapal dengan cara di scrub.
- Setelah itu badan kapal dicuci menggunakan air tawar dengan tujuan untuk mengurangi kadar garam.
- Kemudian dilakukan sand blasting. Sand blasting ini dibedakan menjadi 2 yaitu full blast dan sweep spot. Full blast semua pelat di blasting sampai cat pada pelat terkelupas, sedangkan sweep spot di blasting hanya pada bagian yang berkarat dan bagian yang tidak berkarat cukup di sweep saja. Untuk proses sweep spot lapisan AC (Anti Corrosion ) pada cat sebelumnya harus terkelupas agar cat primer bisa menempel pada pelat.
- Setelah dilakukan blasting langkah selanjutnya adalah pengecetan pada badan kapal dengan cat primer atau disebut lapisan AC ( Anti corrosion ) lapis pertama dengan ketebalan kurang lebih 150 mikron.
- Setelah itu dicat dengan menggunakan sealer atau disebut lapisan AC lapis ke dua dengan ketebalan kurang lebih 100 mikron.
- Kemudian di cat dengan AF ( Anti Foulling ) lapis pertama
- Langkah terakhir adalah pemberian AF ( Anti Foulling ) lapis kedua. Pemberian Anti folling ini bertujuan untuk mengurangi binatang laut yang menempel pada badan kapal.
Gambar 4.6.2 Proses Pengecatan
Untuk pengecatan pada bagian boottop, langkah-langkahnya sama dengan pengecatan pada bagian bottom. Dalam pengecatan, daerah ini merupakan daerah yang kritis karena pada daerah ini kadang tercelup air ( saat muatan penuh ) dan kadang tidak tercelup air ( saat muatan kosong ), jadi pemberian AFnya tidak konvensional melainkan menggunakan self polishing. Sedangkan pada bagian top side langkah-langkahnya juga sama, namun pada daerah ini tidak perlu di cat AF karena pada bagian ini tidak tercelup air.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam coating :
- Campuran cat.
Campuran cat menggunakan 2 komponen yaitu base (cat itu sendiri) dan pengeras, namun ada juga yang menggunakan satu komponen ( rubber )
- Interval antara langkah satu dengan langkah berikutnya antara 4 jam – 3 hari.
- Kelembaban.
Batas maksimal kelembaban kurang lebih 85%
- Dry – wet
- Suhu pelat
- Suhu udara
- Dew point ( selisih antara suhu pelat dengan suhu udara ) maksimal 3o C
- Tekanan ideal yang digunakan kurang lebih 7,5 kg/cm3
- Tebal pengecatan minimal 400 mikron (dengan alat ukur elcometer)
Gambar 4.6.3 Elcometer
2. Pemeriksaan dan Pemotongan Pelat Badan Kapal.
a. Pemeriksaan Tebal Pelat
Sebelum dilakukan pengetesan tebal kulit, ditentukan terlebih dahulu titik-titk yang dicurigai mengalami pengurangan ketebalan dengan menggunakan palu ketok. Kemudian disediakan alat yang akan digunakan anatar lain : Unit Ultrasonic Test, gerinda, paselin, palu dan tangga. Untuk mempermudah pekerjaan dibantu dengan gambar rencana umum dan gambar kerja (Bukaan kulit lambung) untuk meletakkan titik-titik yang akan diuji ketebalannya. Titik-titik uji yang telah ditentukan digerinda sampai terlihat warna pelat aslinya. Kemudian dipaselin untuk mencegah karat. Pekerjaan selanjutnya dengan bantuan unit ultrasonic test, tester pada bagian yang telah digerinda dengan cara menempelkan kabel dari alat tersebut pada titik uji. Maka jarum skala akan menunjukkan skala ketebalan pelat dalam satuan milimeter. Setelah diketahui ketebalannya kita bandingkan dengan tebal pelat semula. Apabila tebal pelat setelah diuji ketebalannya berkurang >20% dari tebal pelat semula, maka perlu dilakukan replating.
Gambar 4.6.4 Pemeriksaan tebal pelat
b. Pemotongan Pelat Badan Kapal
Kulit lambung dipotong untuk diganti dengan pelat baru karena dideteksi pelat lama terdapat pengurangan ketebalan sehingga melebihi batas toleransi class. Peralatan yang digunakan antara lain : mesin las listrik, palu ketok, kapur tulis, tackle, mesin brander potong, dan material pelat pengganti. Proses pengerjaannya dengan bagian kulit yang akan dipotong diberi tanda (digambar pada pelat yang akan dipotong) dengan kapur tulis sebagai batas penanda untuk alur pemotongan pelat. Masing-masing bagian dilakukan pemotongan sesuai alur dari frame/gading tempat pemotongan.
Pemotongan pelat yang akan diganti dilakukan dengan menggunakan alat yang dihubungkan pada sebuah regulator dan terhubung ke tabung yang berisi gas elpiji.Jadi pada alat tersebut terdapat 2 buah kabel berwarna merah dan hijau, kabel berwarna merah mengalirkan gas elpiji sedangkan yang berwarna hijau mengalirkan gas oksigen. Cara kerjanya memanfaatkan tekanan gas elpiji yang keluar dengan campuran gas oksigen
Perlu diperhatikan pada saat pemotongan pelat sekitar frame. Karena panas dari brander potong dapat mengakibatkan kerusakan pada frame. Setelah pelat dipotong bagian permukaan sisa-sisa yang kasar dihaluskan dengan gerinda.
Gambar 4.6.5 Pemotongan pelat badan kapal
c. Penggantian Pelat Badan Kapal
Pelat yang diganti adalah pelat dengan tebal dibawah 80% dari tebal semula. Proses pengerjaannya adalah :
1. Pelat dibersihkan dengan sand blasting.
2. Untuk pelat yang tipis dan tidak merata dilas dan digerinda sampai permukaannya rata dengan permukaan sekitarnya.
3. Untuk pelat yang tipis dan merata dipotong pada bagian tersebut dengan menggunakan las potong sesuai gambar bukaan kulit.
4. Untuk menggantinya dipasang pelat dengan ketebalan yang sama dengan tebal pelat asal dengan mengelaskan pada bagian pelat yang dipotong.
Gambar 4.6.6 Penggantian pelat badan kapal
3. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Peralatan di Bawah Garis Air.
a. Propeler
§ Melepas Propeler
Peralatan yang dipakai : Mesin brander besar, Hammer besar,kunci pas besar, bul-bul, tackle, paju dari kayu, pelat tebal dengan ukuran tertentu.
Proses pengerjaan:
1. Membuat paju dan memasang pelat tebal, tackle dan baut pada propeler.
2. Memasang paju pada pelat tebal.
3. Pelat tebal ditekan sekeras mungkin dengan mengeraskan baut.
4. Paju dipukul sampai masuk.
5. Propeler akan lepas dengan sendirinya dan diangkat dengan tackle.
6. Jika diperlukan dilakukan pemanasan setempat di sela daun propeler.
§ Pelepasan Poros Propeler
Poros yang telah lama digunakan harus dirawat, untuk itu poros tersebut harus dilepas dulu dari dudukannya untuk dibawa ke bengkel mekanik dan dilakukan perawatan. Sebelum dilepas gap antara poros dengan liner diukur terlebih dahulu dengan menggunakan alat yang dinamakan wear down gap. Selisih antara gap awal dengan gap setelah pengukuran maksimal 3mm. Apabila lebih dari 3 mm, maka perlu direpair atau diganti. Peralatan yang digunakan untuk melepas propeler antara lain : Majun kaos, hoist/tackle crane 5 ton, gantry crane 25 ton, kawat baja diameter 35 mm, tangga bantu.
Proses pengerjaan :
1. Hoist dipasang pada bul-bul/kupingan di buritan dengan posisi di sebelah belakang, kanan dan kiri.
2. Tali baja diikat simpul pada poros propeler yang terlihat, dihubungkan dengan masing-masing rantai hoist.
3. Hoist di belakang dikeraskan sehingga secara perlahan poros tertarik keluar dari stern tube-nya.
4. Poros diangkat perlahan ke lantai dok dengan diberi bantalan balok kayu, lalu diangkat dengan gantry crane ke bengkel mekanik.
Selain perawatan pada poros biasanya juga dilakukan pengecekan seal. Apabila seal telah aus, maka seal tersebut akan diganti.
Gambar 4.6.7 Pelepasan propeller dan poros propeller
Gambar 4.6.8 Wear down gap
§ Pemeriksaan Kelurusan Poros Propeler
Untuk pemeriksaan poros propeler digunakan mesin bubut yang telah dirangkai dengan batang penunjuk pada eretan memanjang. Poros propeler dipasang pada mesin bubut. Saat mesin dihidupkan eretan memanjang beserta batang penunjuk bergerak sepanjang poros. Batang penunjuk yang ujungnya dipasang dengan permukaan poros akan menyentuh poros jika poros tidak rata permukaannya atau melengkung pada diameter yang tetap.
Untuk meluruskan kembali poros propeler yang bengkok dilakukan dengan mengepress dengan mesin press pada bagian yang melengkung cembung sampai lurus kembali. Dapat juga dilakukan dengan pengelasan setempat kemudian dibubut sampai permukaannya rata kembali dengan permukaan yang tidak bengkok, halus dan diametern6ya sesuai dengan yang diharapkan.
§ Pengujian Colour Check/ MPT
Dilakukan untuk mengetahui keretakan yang mungkin terjadi pada shaft/poros propeler.
Proses pengerjaan :
1. Poros propeler dibersihkan dari oli dan kotoran dengan memakai cleaner dan dibiarkan sampai kering.
2. Poros yang telah bersih disemprot dengan cat penetrant berwarna merah dan didiamkan beberapa saat agart bila ada kemungkinan terjadi keretakan, penetrant dapat meresap. Kemudian dilap sampai bersih/tidak berbekas.
3. Disemprot developer berwarna putih, setelah kering kemudian diperiksa. Jika terdapat bekas bercak/garis berwarna merah berarti ada keretakan pada poros propeler.
§ Balancing Propeler
Dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing daun propeler sama agar gaya yang dihasilkan oleh propeler dapat optimal.
Proses pengerjaan :
1. Membuat poros sesuai dengan poros sebenarnya (diameternya sama).
2. Menandai masing-masing daun propeler (dengan nomor atau angka).
3. Memasang propeler pada poros propeler.
4. Memasang poros dan propelernya pada mesin balancing.
5. Memutar dan mengamati poros dan propeler.
6. Daun propeler yang beratnya tidak sama saat berputar daun propeler yang terbertat akan selau berhenti di bawah. Jika terjadi hal demikian daun propeler yang terberat digerinda merata dan balancing lagi sampai didapat berat masing-masing daun propeler sama.
7. Hal yang sama untuk daun propeler yang dominan paling ringan, dilas dulu kemudian digerinda sampai beratnya sama.
§ Pemasangan Propeler
Peralatan yang digunakan : hoist, tali baja, hammer, kunci L, kunci pas baut propeler, brander potong, kunci ring.
Proses pengerjaan :
1. Tali baja diikat pada propeler dan ditarik menuju poros propeler.
2. Dengan hoist, propeler diletakkan pada tepat pada lubang dengan poros.
3. Propeler ditarik sampai terpasang dengan baik pada porosnya, demikian juga dengan pasek/spee-nya.
4. Poros didorong sampai ujung poros masuk ke dalam boss propeler.
5. Propeler di tarik masuk dengan menggunakan crane tackle selain dengan dorongan para pekerja sampai propeler terpasang secara keseluruhan.
6. Dipasang ring shield dan rubber gasket di luar dan di dalam badan kapal untuk menjaga kekedapan sambungan boss poros dengan ujung poros.
7. Baut dipasang dan dikuatkan dengan memasang baut-baut penguatnya dan dikuatkan lagi dengan mengikat bonet penutup propeller dengan baut pengikatnya sebanyak 10 buah.
Gambar 4.6.9 Pemasangan propeller
b. Daun Kemudi
§ Melepas Daun Kemudi
Proses pengerjaan :
1. Memasang bul-bul pada sisi-sisi daun kemudi dengan dilas.
2. Memecah seman penutup baut dengan palu.
3. Melepas baut-baut baik yang di luar maupun yang ada didalam badan kapal, jika perlu, dilakukan pemanasan terlebih dahulu dengan brander potong untuk memudahkannya.
4. Daun kemudi diangkat sedikit untuk melepaskan sole piece.
5. Daun kemudi digeser dan diturunkan dengan perlahan-lahan.
6. Daun kemudi di bawa ke bengkel mekanik untuk mendapatkan perawatan dan pemeliharaan.
§ Memasang Daun Kemudi
Sebelum dipasang pada tempatnya, daun kemudi terlebih dahulu di periksa apakah masih layak pakai atau tidak, jika sudah tidak layak apakah harus diganti atau hanya perlu diperbaiki saja.
Proses pengerjaan :
1. Memasang 2 kupingan (bul-bul) pada buritan kapal dan 2 buah lagi pada sisi kanan dan kiri daun kemudi.
2. Memasang hoist pada masing-masing kupingan.
3. Menempatkan poros kemudi pada lubang sole piece dan menjaga posisi daun kemudi tetap tegak.
4. Memasang baut-baut pada flens poros dan menguatkannya dengan mengelaskan pelat pada masing-masing barisan baut flens kemudi kiri dan kanan.
Gambar 4.6.10 Pemasangan daun kemudi
c. Pemasangan Zinc Anode
Peralatan yang dipakai anatar lain : alat ukur/meteran, kapur tulis, zinc anode, dan mesin las. Pemasangan zinc anode pada bagian kapal yang tercelup didalam air laut dimaksudkan untuk mengurangi korosi yang terjadi di sekitar daerah yang dipasangi zinc anode. Hal ini disebabkan zinc anode mampu mengelektrolisis air laut. Sehingga proses pengkaratan badan kapal dapat diperlambat. Jarak pemasangan zinc anode pada arah memanjang kapal disekitar lambung ± 6,5 meter dan arah vertikal ± 4 meter. Untuk pemasangan pada daun kemudi dipasang secukupnya (± 4 buah ).
Gambar 4.6.11 Pemasangan zinc anode
4. Pemeriksaan Hasil Las-lasan ( tes kekedapan )
¨ Menggunakan Kapur dan Solar.
Sepanjang hasil lasan bagian luar diolesi dengan kapur dan bagian dalam diolesi solar. Setelah ditunggu beberapa saat jika kapur tetap kering dan berwarna putih, berarti hasil lasan baik. Tetapi jika kapur terdapat bercak-bercak solar, berarti hasil lasan terdapat retak/penetrasinya kurang baik. Jika terjadi hal yang demikian maka hasil lasan harus digouging dan dilakukan pengelasan kembali.
¨ Menggunakan Air Bertekanan.
Sambungan las/alur las bagian luar disemprot dengan air bertekanan ± 7 kg/cm² dan pengecekan dilakukan pada bagian dalam. Jika sambuangan las baik, maka tidak akan terjadi perembesan dibalik lasan. Test ini biasanya dilakukan pada bangunan baru.
¨ Menggunakan Udara Bertekanan.
Tangki dikosongkan, ditutup dan dialirkan udara bertekanan kedalamnya sampai tekanan tertentu ( 2 kg/cm² ). Memasang manometer agar diketahui tekanan udara didalamnya dan untuk mempertahankan tekanan udara tersebut sampai pengujian selesai. Pada bagian luar tangki, pada alur lasan diolesi dengan cairan detergen/sabun. Jika terjadi gelembung-gelembung sabun pada permukaan lasan, berarti hasil lasan tidak baik ( tidak kedap ). Sehingga harus digouging untuk selanjutnya dilas kembali. Jika tidak terdapat gelembung, maka hasil lasan baik ( kedap air ).
5. Pemasangan rantai jangkar
Mula-mula rantai jangkar diturunkan ke graving dock dengan crane, setelah itu jangkar dipasangkan dengan cara melepas keling yang digunakan untuk menyambungkan rantai. Setelah jangkar terpasang keling tersebut dipasang lagi disusul dengan pemberian material timah yang bertujuan untuk mencegah karat pada keeling. Setelah semuanya selesai jangkar kemudian dinaikkan.
Gambar 4.6.12 Pemasangan rantai jangkar
6. Pemeriksaan Kelisttrikan Kapal
Pemeriksaan kelistrikan kapal dilakukan agar penyuplaian listrik pada kapal selalu tersedia saat kapal berlabuh, bongkar muat , manuvering dan yang lainnya. Untuk memastikan agar tetap berfungsi dan mencukupi dalam penyediaan listrik pada saat kegiatan tersebut dilakukan memeriksa peralatan kelistrikan pada kapal dan instalasinya baik generator, emergency generator, motor listrik, dan saluran kabel-kabel pada kapal atau yang lainnya dengan memperbaiki atau mengganti bagian-bagian yang rusak.
7. Pemeriksaan Perpipaan Pada Kapal
Pemeriksaan pipa dilakukan untuk menjaga agar pipa saat menyalurkan cairan berfungsi dengan baik. Pemeriksaan pipa kebanyakan dilakukan secara visual, pemeriksaan visual dilakukan dengan memastikan apakah pipa itu tidak terjadi kebocoran saat menyalurkan cairan tersebut, dan bila terjadi kebocoran bisa diperbaiki atau diganti baru. Dan pemeriksaan berikutnya bisa dilakukan dengan menggoreskan kertas lakmus atau yang lainnya yang digunakan untuk pengecekan saluran cairan yang mudah terbakar seperti saluran bahan bakar kapal.
Dilakukan juga pemeriksaan pada valve pipa jika sudah tidak berfungsi bisa diganti baru.